Jakarta (pewarta.co) – Keamanan menjadi kunci untuk memberdayakan transformasi digital. Sayangnya, Indonesia cukup lamban menyikapi serangan keamanan.
Hal tersebut diutarakan Willy Hendrajudo, Windows Business Group Head, Microsoft Indonesia saat peluncuran jajaran perangkat terbaru Dell di Hotel Le Meridien, Jakarta, Rabu (26/4/2017).
Dia mengatakan, rata-rata perusahaan di luar mengetahui terkena serangan setelah 145 hari. Sementara di Indonesia jauh lebih lama.
“Sampai 530 hari seorang baru mengetahui jika dirinya diserang,” ungkap Willy.
Kepolisian Indonesia sendiri sudah punya peralatan yang cukup canggih menyelidiki kejahatan cyber. Tapi permasalahan geografi membuat penanganan tidak maksimal.
Sepanjang 2012 hingga 2016, Kepolisian Indonesia mendapati ada 7.697 serangan. Hanya saja, baru 1.464 yang terselesaikan sejauh ini atau sekitar 19,02%.
“Kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp 77 miliar. Pelakunya 530 dilakukan oleh orang asing,” kata Willy.
Microsoft Digital Crime Unit
Meningkatnya serangan kejahatan cyber membuat Microsoft membentuk Digital Crime Unit. Divisi ini bekerjasama dengan CIA dan Interpol.
“Microsoft menginvestasikan dana USD 1 miliar membentuk divisi ini,” ujar Willy.
Cara kerja mereka dengan menggunakan big data yang dimasukan ke machine learning untuk membaca pola. Sehingga mereka dapat segera melakukan penanganan.
Sejauh ini, Microsoft Digital Crime Unit telah melumpuhkan sejumlah trojan.
Tak hanya itu, mereka pun melakukan pemetaan serangan yang terjadi di dunia.
Data dari Microsoft Digital Crime Unit menunjukan Indonesia menjadi salah satu negara yang sering terkena serangan cyber. Peringkat Indonesia berada di nomor empat setelah China, India dan Vietnam.
Adapun daerah yang sering terkena serangan adalah Jakarta. Serangan juga menyasar daerah Bandung, Medan, Surabaya dan Semarang.
“Menangkal lebih baik, salah satunya dapat menggunakan Windows Defender yang tersedia di Windows 10,” saran Willy. (red/dtc)