Medan (pewarta.co) – Menjadi seorang penyuluh agama yang mengabdi di daerah tertinggal, terdepan dan terluar atau 3T bukanlah sebuah hal yang mudah dilalui. Namun, bagi Penyuluh Agama yang bertugas di Kabupaten Nias Utara kesulitan-kesulitan itu bisa dipatahkan dengan tulusnya semangat pengabdian.
Iman Riang Telaumbanua, penyuluh agama Kristen yang bertugas di Kecamatan Lahewa dan Kecamatan Afulu menceritakan, dia menyuluh di dua kecamatan sekaligus, tidak bisa terjangkau semua, apalagi lokasinya berjauhan. Belum lagi jalanannya yang jelek.
“Kalau hujan kami harus bertarung nyawa, karena kondisi jalan berlumpur, sempit. tepi jalan jurang, salah ambil jalan terjun bebas” kenang Yasokhi Gea, Penyuluh Agama Kristen yang bertugas di Kecamatan Lotu melalui keterangan tertulis disampaikannya kepada Pewarta.co, Rabu (30/10/2024).
Tona’aro Zebua, Kasi Urusan Agama Kristen pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nias Utara menuturkan Kementerian Agama Kabupaten Nias Utara hanya memiliki tiga Satker dibidang penyuluhan. Penyuluh Agama Islam, Penyuluh Agama Kristen, dan Penyuluh Agama Katolik. Tahun 2024 ini jumlah penyuluh agama yang berstatus ASN berdasarkan data kepegawaian hanya hitungan jari.
Di Seksi Urusan Agama Kristen ada 10 orang penyuluh ASN, bimbingan masyarakat Katolik hanya 1 orang dan di Bimbingan Masyarakat islam hanya 4 orang. Mereka melaksanakan tugas sesuai Surat keputusan pembagian wilayah kerja di kabupaten Nias Utara. Di Seksi Urusan Agama Kristen dimana Penyuluh ASNnya tergolong lebih banyak masih kesulitan untuk membagi wilayah kerja penyuluh.Tak jarang setiap penyuluh ditugaskan di tiga Kecamatan sekaligus.
“Saat ini penyuluh agama Kristen yang berstatus ASN sudah 10 orang, jadi kita harus membagi tugas perkecamatan, Meskipun masih kurang satu kecamatan lagi, karena jumlah kecamatan di Kabupaten Nias Utara ada 11 Kecamatan, ungkap Tona’aro Zebua.
Tona’aro Zebua mengaku bersyukur karena pada 2022 ada pengangkatan PPPK yang ditempatkan di Kemenag Nias Utara. “Tahun 2020 tidak ada penyuluh ASN disini, semuanya masih berstatus penyuluh Non ASN,” katanya.
Berdasarkan data di Seksi Urusan Agama Kristen ada 272 Kelompok binaan yang harus mereka datangi setiap bulan.
Tona’aro Zebua menjelaskan di Seksi Urusan Agama Kristen ada kegiatan sosial berbagi berkat kepada orang yang kurang mampu. “Di akhir jabatan, saya ingin berbagi kepada saudara-saudara kita yang kurang mampu” katanya.
Pagi hari sebelum berangkat ke lapangan, seperti biasa para penyuluh harus absen di titik lokasi masing-masing. Mereka berangkat bersama-sama ke desa Nalua, karena harus membagikan bantuan kepada keluarga kurang mampu.
Nalua berjarak 13 km dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nias Utara.
“Kami disambut dengan jalanan berlumpur yang curam menuju desa karena kondisi hujan. Beginilah jalannya kalau hujan, kadang terpental, kadang juga dorong sepeda motor kalau jalannya benar-benar tidak bisa dilalui,” ungkap Yasokhi.
Yasokhi Gea adalah Penyuluh Agama Kristen PPPK yang lulus tahun 2022 bersama tujuh penyuluh lainnya. Mereka semua bertugas di wilayah yang medannya hampir sama. belum lagi sebagian dari mereka adalah perempuan.
“Sering kami melakukan penyuluhan di malam hari, karena masyarakat punya waktu luang hanya malam hari,”ungkap Ales Deniati Gea salah satu teman sejawat Yasokhi Gea.
“Saya pernah membentuk kelompok binaan remaja di daerah penyuluhan saya, orang tuanya tidak mengizinkan, alasannya anaknya mau ikut ke ladang” sambungnya.
Menurutnya mereka masih beruntung walaupun kondisi medan yang dilalui seperti ini, mereka masih bisa bertemu dengan keluarga.
“Bagaimana dengan kawan-kawan kami orang seberang (diluar Pulau Nias) yang harus berpisah dengan keluarga untuk menjalankan tugas seperti ini?” kata Murniwati Zebua salah satu penyuluh ASN yang terpaksa harus pisah dengan anaknya.
Ada beberapa penyuluh yang berasal dari luar pulau Nias yang ditempat di Kementerian Agama Kabupaten Nias Utara. Mereka harus terpisah dari keluarga demi menjalankan tugas negara.
Di sepanjang perjalanan para penyuluh mengenang perjuangan mereka di derah 3T. Terlihat dari wajah mereka saat bercerita, pengabdian mereka tulus melayani umat.
Akses jalan yang sulit untuk dilalui, jaraknya yang berjauhan menjadi cerita tersendiri bagi penyuluh agama di Kabupaten Nias Utara. Belum lagi kondisi sosial masyarakat sebagian besar pendidikannya masih kurang. Semua ini menjadi tantangan penyuluh agama di daerah 3T. (gusti/red)