Gayo Lues (Pewarta.co)-Pemerintah Kabupaten Gayo Lues gelar Peringatan 10 tahun penetapan tari Saman Sebagai Warisan Dunia tak benda oleh Unesco 24 November 2011 – 24 November 2021 di Bale Pendopo Bupati Gayo Lues.
Hari ini, tepat 10 tahun yang lalu Tari Saman telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Dunia Tak Benda Milik Dunia, yang lahir dari Indonesia khususnya dari Gayo Lues, Tari Saman tentu harus dan terus dipertahankan serta dilestarikan.
Sejak Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, menyebabkan aktivitas menjadi terbatas, tidak bisa berkumpul dan harus senantiasa menjaga jarak serta memakai masker, konsentrasi terfokus dalam menangani wabah agar dapat terkendali dan tidak merajalela yang dapat menimbulkan banyak korban jiwa.
Akibatnya segala aktivitas dan kegiatan seni, budaya, khususnya Tari Saman tidak dapat dilakukan, baik itu Tari Saman untuk pertunjukan, maupun Tari Saman dalam kegiatan Seni Budaya seperti Tari Saman Semalam (Bejamu Saman Sara Ingi) Tari Saman Dua Hari Dua Malam (Bejamu Saman Roa Lo Roa Ingi).
“Saya kembali mengingatkan kepada yang belum vaksin agar segera Vaksin (bagi yang belum) serta mengajak segenap masyarakat kita untuk menerima vaksin, sehingga Imun kita semakin baik, dan kita bisa segera memasuki New Normal,” kata Bupati Gayo Lues, H Muhammad Amru.
Jika covid cepat berakhir, maka aktivitas seni budaya tari Saman bisa kita laksanakan seperti dulu sebelum adanya wabah virus ini.
Dalam beberapa kesempatan, sering saya sampaikan agar Persepsi masyarakat umum terhadap Tari Saman harus diluruskan. Banyak orang yang salah dalam mempersepsikan Tari Saman.
Jika kita melakukan pencarian di internet terhadap Tari Saman, maka yang sangat dominan yang tampil di layar adalah Tari Ratoh Jaroe, Tari Saman hanya sedikit saja.
“Hal ini perlu kita lakukan upaya untuk meluruskan bersama, bahwa Tari Saman beda dengan Tari Ratoh Jaroe, walau memiki gerakan dan pola yang sama, Tapi Syair Tari Ratoh Jaroe yang dilantunkan tidak menggunakan bahasa Gayo serta Penari SAMAN itu haruslah laki-laki dan tidak boleh bercampur antara laki-laki dan perempuan,” sebutnya.
Namun walau demikian, hal itu semua tidak perlu kita perdebatkan, karena merupakan hak semua orang dalam mengembangkan kreativitas seni dan hak kita juga dalam mempertahankan identitas seni itu sendiri.
“Yang perlu kita lakukan adalah dengan memperbanyak Publikasi Tari Saman di dunia maya (Internet), Rajin-rajin lah kita memposting aktivitas tari saman ini, juga sering-seringlah kita menulis artikel tentang Tari Saman ini, Karena sekarang dunianya sudah seperti itu, maka ikutilah sesuai dengan pola dunia terkini. Ayo, mari bersama-sama Mencitrakan dan mem-VIRAL kan Tari Saman ini seluas-luasnya di dunia maya, manfaatkan media elektronik dan media sosial dalam menyebarluaskan Tari Saman, tapi harus sesuai dengan kaidah yang berlaku didalamnya,” kata Amru.
Selanjutnya upaya tokoh kita mengenalkan tari Saman ke dunia kita sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tinggi kepada para budayawan dan pelestari saman.
“Semoga Allah SWT membalas semua jerih payah yang telah dilakukan sebagai nilai ibadah. Juga kita patut berbangga kepada pemuda dan mahasiswa kita di luar sana, dengan semangatnya memperkenalkan Tari Saman ini ke khalayak ramai. Selamat 10 Tahun Memperingati Penetapan Tari Saman sebagai Warisan Dunia Tak Benda Miliki Dunia oleh UNESCO. Semoga Tari Saman Lestari Sepanjang Masa,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kadis Pariwisata Irsan Firdaus dalam sambutannya mengatakan sangat berterimakasih kepada semua pihak atas terselenggaranya kegiatan ini.
ami berharap melalui kegiatan ini dapat membangkitkan semangat tari saman dalam jiwa-jiwa pemuda Gayo Lues di manapun berada.
Karena minat masyarakat dunia terhadap Tari Saman sangat tinggi, sudah sering dipertunjukan dalam berbagai acara resmi kenegaraan, dan bahkan sudah banyak sanggar sanggar seni di Nusantara ini telah membuka kelas Tari Saman, hal ini penting saya ingatkan agar jangan sampai nanti Tari Saman ini hambar di negeri sendiri, ujarnya.
Keberadaan Tari Saman yang sudah dikenal di manca negara, bukanlah diraih dengan serta merta, tentu ada upaya dan tokoh di dalamnya, maka dari itu sudah sepatutnya kita sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tinggi kepada para budayawan dan pelestari saman.
“Semoga Allah SWT membalas semua jerih payah yang telah dilakukan sebagai nilai ibadah,” jelasnya. (ril)