Medan (Pewarta.co) – Sebanyak 1.666 lulusan Magister Terapan, Sarjana Terapan dan Ahli Madya Politeknik Negeri Medan (Polmed) diwisuda dalam prosesi digelar dua hari, Selasa – Rabu (12-13/9/2023) di Auditorium USU.
Pada wisuda angkatan ke-38 ini, Polmed melepas wisudawan yang terdiri dari 6 lulusan Magister Terapan Sistem Informasi Akuntansi, 329 lulusan Sarjana Terapan, dan 1331 orang lulusan Ahli Madya.
Direktur Politeknik Negeri Medan, Abdul Rahman SE Ak MSi menyebut, saat ini Polmed terus mengembangkan keilmuannya dengan menambah berbagai program studi lainnya. Hal itu untuk melengkapi kebutuhan DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri).
“Pada saat ini dua pengajuan pendirian program studi baru D4 Polmed telah disetujui, yaitu Prodi Teknologi Rekayasa Manufaktur dan Prodi Teknologi Rekayasa Otomasi yang telah disetujui pengusulannya. Nantinya Polmed akan memiliki 26 program studi,” ungkap Abdul Rahman, Rabu (13/9/2023).
Ia menuturkan, pada September ini Polmed berusia 41 tahun, dan menyelenggarakan enam Jurusan, yakni Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Elektro, Akuntansi, Administrasi Niaga, serta Komputer dan Informatika.
Dari enam jurusan tersebut terdiri dari 24 Program Studi. Rinciannya, satu Prodi jenjang Magister Terapan, 12 Prodi jenjang Sarjana Terapan, dan 11 Prodi jenjang Program Diploma 3.
“Ini akan terus berkembang sesuai kebutuhan,” ucapnya.
Ia menyebut, seluruh program studi tersebut sudah mendapat peringkat unggul dan B, atau baik sekali. Secara Institusi Polmed terakreditasi pada peringkat B dari BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi).
Ditegaskannya, Polmed siap bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka memajukan pendidikan di tanah air.
Politeknik Negeri Medan juga siap mendukung dan bersinergi dengan Tim Koordinasi Daerah Vokasi (TKDV). Itu guna mendukung Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi sebagai upaya menyiapkan sumber daya manusia yang handal, profesional dan kompeten.
“Dengan demikian kebutuhan akan SDM yang unggul dapat terpenuhi untuk dunia usaha, dunia industri dan kewirausahaan,” ujarnya.
Menurutnya, penguasaan keterampilan dan pengetahuan global penting dimiliki generasi muda terlebih di era globalisasi. Untuk itu, menurutnya, pembangunan sumber daya manusia Indonesia perlu dilakukan agar dapat bersaing di dunia global, salahsatunya melalui pendidikan vokasi.
Diakuinya, tantangan yang dihadapi lulusan perguruan tinggi ke depan sangat jauh berbeda dibandingkan pada masa kini. Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu kunci kemajuan Indonesia di masa mendatang.
“Perubahan dunia sangat cepat, yang mau tidak mau harus kita selaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang kita miliki,” tukasnya.
Ia juga mengakui, permintaan industri dan dunia kerja dari hari ke hari memiliki standar yang terus meningkat. Kebutuhan akan tenaga profesional tidak lagi bisa dihindari.
Saat ini, ungkapnya, industri dan dunia kerja tidak lagi semata-mata membutuhkan lulusan dengan berbekal ijazah, tetapi juga sertifikat kompetensi di segala bidang.
“Kebutuhan dunia industri terhadap tenaga kerja muda, cekatan, dan terampil sangatlah tinggi. Tak hanya itu, dunia industri juga membutuhkan tenaga kerja dengan sikap dan softskill yang baik, siap dengan perubahan, inovatif serta memiliki daya tahan tinggi,” paparnya.
Pendidikan vokasi, kata Abdul Rahman, merupakan pendidikan yang berorientasi pada keahlian dan kepakaran yang khas serta berkemampuan untuk siap kerja.
“Dengan demikian, lulusan pendidikan vokasi mampu bersaing secara global karena fokus pada pengembangan keterampilan dan teknologi aplikatif,” jelasnya.
Disebutkannya, Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi pada 2020-2030 mendatang. Saat itu, angkatan kerja di Indonesia akan mencapai angka 70 persen.
Bonus demografi ini, menurutnya, harus dipersiapkan secara matang agar bisa memberikan keuntungan bagi bangsa dengan menyiapkan sumber daya manusia dan lapangan kerja yang berkualitas.
“Apabila tidak ditangani dengan baik, bonus demografi ini dikhawatirkan akan menjadi ancaman bagi bangsa,” ujarnya.
Hal tersebut tentunya sejalan dengan kurikulum yang ada pada setiap jenjang pendidikan. Awal 2020 pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayayan menerbitkan kebijakan tentang Merdeka Belajar, Kampus Merdeka (MBKM).
Salahsatu tantangan terbesar dari kebijakan MBKM adalah kerja sama perguruan tinggi dan dunia industri.
MBKM merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan DUDI, sehingga perjanjian kerjasama bersama DUDI menjadi hal penting dalam mendukung keberhasilan kegiatan tersebut.
Total kerja sama sampai dengan Agustus 2023 berjumlah 236 perjanjian meliputi MoU, MoA dan PKS. Menurutnya, kerja sama DUDI ini menjadi lebih penting untuk penunjang pelaksanaan Badan Layanan Umum (BLU) Polmed.
Dalam rangka memperkuat daya saing alumni dalam memasuki dunia kerja, maka selain ijazah, para lulusan Polmed akan mendapatkan sertifikat kompetensi. Mereka mendapatkannya sesuai dengan skema, bidang keahlian dan kompetensi yang ada pada masing-masing program studi yang diikuti dan dinyatakan kompeten dalam uji kompetensi.
Lulusan yang kompeten tersebut disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sesuai standar Badan Nasional Standar Profesi (BNSP). Polmed telah memiliki LSP Type 1 yang dapat melaksanakan sertifikasi kompetensi kepada mahasiswa.
Kompetensi lulusan Polmed yang baik berdampak pada masa tunggu lulusan berterima kerja yang pendek. Pada 2023 ini sebagian wisudawan yang berasal dari berbagai jurusan dan program studi di Polmed telah mendapat pekerjaan dengan waktu tunggu lulusan 0 bulan.
Beberapa instansi dan perusahaan yang telah menerima wisudawan bekerja diantaranya adalah PT PLN (Persero), PT Perkebunan Nusantara IV, PT Unilever Oleochemical Indonesia, PT Permata Hijau Group, PT Toba Pulp Lestari Tbk, PTPN III, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 1, PT Riau Andalan Pulp and Paper, Infineon Technologies AG Cegléd, Hungaria, Prysmian Cables and Systems S.A. Romania, Bank Danamon, Bank Syariah Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Muamalat Indonesia. (gusti/red)