Samosir (Pewarta.co) – Sistem pembayaran digital, salah satunya melalui e-money dapat memudahkan transaksi pembayaran di era teknologi karena lebih cepat dan gampang dipakai.
“Keuntungan e-money adalah kita bisa membayar transaksi dengan sangat, sangat pas. Kemungkinan dengan adanya pembulatan ke atas akan hilang dengan sendirinya. Bahkan, mungkin kenaikan tarif tol bisa saja di angka Rp2.550, enggak langsung menjadi Rp3.000 karena perlu pembulatan ke atas. Jadi memang melalui e-money pembayarannya sangat pas sekali jumlahnya,” sebut Komisaris Utama PT Finnet Indonesia Difi Ahmad Johansyah saat tampil sebagai narasumber pada
Capacity Building Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kota Medan, Sabtu (15/10/2022) di Samosir.
Ia pun meyakini, dengan sistem pembayaran digital akan berdampak pada pengendalian inflasi, lantaran tidak adanya uang cash.
Kegiatan berlangsung 14 – 16 Oktober 2022 bertema Wujudkan Wartawan Ekonomi dan Bisnis Kota Medan yang Profesional melalui Digitalisasi itu dibuka Kepala Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumatera Utara Doddy Zulverdi.
Dihadiri Deputi Direktur BI Sumut Poltak Sitanggang, kegiatan ini juga menampilkan Junior Acount Manager Government & SME Tommy Asikin, dan Direktur Tempo Institute Qoris Tajudin sebagai narasumber.
Difi yang menjabat kepala BI Sumut 2013 – 2016 ini menyampaikan materi Solusi Digitalisasi dan Payment.
Dituturkannya, kemudahan diberikan melalui sistem pembayaran digital ini bisa mendorong ekspor produk UMKM ke luar negeri, khususnya kepada diaspora (warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri).
“Menariknya, kalau sebelumnya diaspora membutuhkan makanan ciri khas Jawa Timur misalnya petis dan rawon dibawa melalui ‘jalur tikus’ dan cargo atau bahkan tentengan. Nah, jika ingin pesan secara online, bayarnya bagaimana. Jadi, kalau bisa bayar dengan sistem digital, maka bisa memperluas pasar diaspora di luar negeri,” bebernya.
Disebutkannya, orang-orang bisa ke Sumut dengan membeli tiket online terusan. Itu sudah paket semuanya, termasuk hotel. Menurutnya, ini harus didukung oleh digitalisasi sistem pembayaran.
“Sumut bisa jual wisata secara online sehingga bisa menangkap peluang.
Contoh komunitas sepeda . Kalau ini diakomodir, ini peluang besar yang bisa ditangkap,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, Difi mengingkatkan kelemahan sistem payment digital. Ia pun berbagi kisah nyata pengalaman kerabatnya yang tertipu karena modus penipuan digital.
Si kerabat itu punya usaha resort di Sabang, Aceh. Seseorang membooking resort si kerabat dan membayar dengan cara mentransfer. Sehari sebelum tanggal check in, seseorang itu membatalkan bookinganya dan meminta refund. Si pemilik resort, tanpa mengecek dan meneliti, langsung mengembalikan uang orderan itu sebesar Rp10 juta. Beberapa hari kemudian, ada lagi kejadian seperti itu dengan modus batalkan pemesanan.
Kali ini, ia mengecek bukti transfer bookingan pertama dan menemukan kenyataan bahwa transferan tersebut ternyata fiktif dan ia telah tertipu. Itu terjadi karena ada oknum yang bisa membuat bukti transfer yang sangat mirip sekali dengan yang asli.
“Kesalahannya, si kerabat tidak mengecek rekeningnya langsung atau SMS notifikasi saat si pemesan meminta uang bookingnya dikembalikan. Dan, itu diturutinya sehingga ia tertipu,” katanya.
Untuk itu, ia meminta masyarakat tetap berhati-hati ketika bertransaksi secara digital. Ia melihat kejadian itu merupakan suatu modus yang memanfaatkan sistem payment Indonesia dalam hal transfer.
Modus-modus seperti itu juga menyasar bisnis UMKM menengah kecil yang tidak terlalu memahami sistem pembayaran digitalisasi. Menurutnya, sistem pembayaran dengan mesin gesek EDC (Electronic Data Capture) dapat meminimalisir penipuan dengan modus transfer fiktif.
Dalam paparan materinya, Difi juga mengaku bersyukur dengan akan diterbitkannya ORI Sukuk. Untuk diketahui, Obligasi Negara Ritel atau ORI merupakan salah satu instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang ditawarkan kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia melalui
Mitra Distribusi di Pasar Perdana.
ORI022 sebagai alternatif investasi yang aman, mudah, terjangkau dan menguntungkan, penjualannya dilakukan secara online melalui e-SBN.
Namun, ada kendala bagi para orang tua yang tidak akrab dengan dunia digital untuk mendaftar secara online dari aturan baru Kementerian Keuangan tersebut. Kebanyakan tidak punya email.
“Dampak digitalisasi bagaimana cara membeli ORI dengan kondisi sekarang untuk membantu mereka yang memiliki hambatan dalam digitalisasi. Enggak punya email dan bahkan NPWP,” ungkapnya.
Menurutnya, ini menarik untuk dikupas. Media bisa menjembatani masyarakat yang kesulitan dengan kendala seperti itu.
Melalui kegiatan Capacity Building ini, media diharapkan bisa mengedukasi dan menyampaikan apa yang dibutuhkan mereka yang tidak tahu caranya bagaimana membeli ORI.
“Di sinilah dibutuhkan peran wartawan untuk memberi bahasa yang sederhana menyikapi dampaknya digitalisasi kepada investasi,” ujarnya.
Sebelumnya dalam sambutannya, Doddy Zulverdi melihat pemberitaan disajikan wartawan ekonomi dan bisnis Medan berimbang, terutama terkait perkembangan inflasi, nilai tukar. Diakuinya, kalau berita tidak ditulis secara berimbang bisa menimbulkan kepanikan di masyarakat.
“Dari apa yang saya rasakan, saya yakin dengan dukungan wartawan pandangan masyarakat dan pemerintah daerah ke berbagai stakeholder terhadap kredibilitas BI dampaknya akan dipandang positif,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan, BI bertanggungjawab untuk memberi informasi yang akurat namun menarik, tapi juga diperlukan oleh masyarakat. Untuk itu kegiatan Capacity Building digelar BI ini diharapkannya bisa membantu meningkatkan pemahaman wartawan tentang isu perekonomian terkini, utamanya digital payment, yang akan disampaikan kepada masyarakat melalui berita.
“Untuk itu, wartawan perlu melakukan peliputan berimbang sehingga masyarakat tidak panik jika ada isu tentang ekonomi dan keuangan yang meresahkan. Saya juga berharap kegiatan ini bisa dioptimalkan para media, sekaligus menikmati keindahan Samosir,” ujarnya. (gusti/red)