Medan (Pewarta.co)-Demo besar yang diselenggarakan seluruh mahasiswa Indonesia bersama rakyat secara serentak terjadi Senin, (11/4/2022).
Pergerakan moral yang dimotori oleh mahasiswa tak ubahnya seperti reformasi 1998 di mana sang penguasa mementingkan pribadi dan golonganya diatas kepentingan rakyat.
Namun, penderitaan rakyat jauh lebih mendera di rezim ini dari masa orde baru.
Hanya dalam waktu 10 tahun berkuasa, penindasan, korupsi, nepotisme, penegakan hukum yang sewenang wenangan terlihat lebih nyata dan terang-terangan.
Bahkan rezimnya secara terang-terangan membayar orang-orang suruhanya untuk membuat kegaduan dengan berita-berita hoaks untuk kepentingan penguasa.
Rakyat layaknya domba aduan yang diadu ke kelompok-kelompok yang dianggap bersebrangan dengan pemerintah.
Hukum tak lagi menjadi “tuhan” untuk si benar.
Hukum jelas terlihat dibawah kaki sang penguasa. Rakyat jelas menangis darah, seakan tuhan tak perna berpihak kepada mereka yang benar.
Korupsi tak lagi menjadi hal yang “haram” jika anak keluarga sang peguasa yang melakukanya.
Ketimpangan, keonaran, kepalsuan hukum dan ketidakadilan ini diperparah dengan adanya niat sang penguasa yang ini mengubah undang-undang konstitusi negara.
Mulai dari penundaan pemilu sampai presiden 3 periode mereka rancang. Kegaduan- kegaduan yang terjadi di tengah -tengah rakyat membuat nyaris perpecahan.
Penderitaan rakyat yang berkelompok-kelompok diperparah dengan mahalnya harga-harga kebutuhan seperti minyak goreng yang jelas jelas mengelabui rakyat. BBM hingga pajak begitu mencekik rakyat yang terjepit.
Dan hanya mahasiswalah yang murni mendengarkan jeritan rakyat Indonesia..
Ganti pemimpin dengan pemimpin yang benar benar berjiwa negarawan yang hanya untuk rakyat semata. Hidup Mahasiswa. Hidup rakyat.(surya/red)