Medan (pewarta.co) — Suasana mencekam menyelimuti kawasan Jalan Alumunium, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, ketika ribuan warga dari Lingkungan 16, 17, dan 20 turun ke jalan dalam aksi orasi besar-besaran menolak praktik mafia tanah yang diduga hendak menguasai lahan tempat tinggal mereka.
Massa memenuhi ruas jalan di sekitar SPBU Jalan Alumunium, hingga menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan keamanan. Meski demikian, gelora perlawanan warga tak surut. Orasi dan teriakan lantang menggema, menyuarakan satu pesan tegas: warga tidak akan menyerahkan sejengkal pun tanah warisan leluhur mereka kepada pihak yang diduga mafia.
“Hidup dan lahir kami di Tanjung Mulia ini, tidak sejengkal tanah pun rela kami berikan kepada mafia tanah. Merdeka…! Merdeka…! Merdeka!” teriak Hiber Marbun (48), salah satu orator warga, dengan penuh emosi, membakar semangat massa.
Situasi makin memanas saat Agus Irianto (65), tokoh masyarakat yang dikenal vokal, naik ke atas mobil komando dan mengecam pihak-pihak yang mencoba mengklaim lahan secara sepihak.
“Warga merasa memiliki tanah ini secara sah dan berhak mempertahankannya. Sampai berdarah-darah pun akan kami pertahankan. Mafia tanah jangan coba-coba mengusik kami!” serunya sambil menggenggam toa dengan tangan bergetar.
Warga menuding bahwa klaim sepihak atas tanah mereka adalah bagian dari skema sistematis yang melibatkan oknum tertentu, baik dari kalangan pejabat maupun preman lapangan. Klaim bahwa wilayah tersebut merupakan “tanah kosong” atau “tidak berpenghuni” ditepis keras oleh warga yang telah mendiami lokasi itu selama puluhan tahun.
“Tanah di Lingkungan 16, 17, dan 20 ini bukan milik Parinduri. Kami sudah tinggal di sini sejak lama. Kalau dibilang tidak berpenghuni, itu bohong besar. Ini kerja mafia tanah, dan kita semua harus lawan!” tegas Zul (48), warga setempat.
Dalam orasi tersebut, warga juga menyinggung adanya indikasi permainan terstruktur dan terorganisir dalam upaya pengambilalihan lahan, yang mereka yakini telah berlangsung secara diam-diam selama beberapa waktu terakhir.
Saat ini, ribuan warga bersiaga penuh. Mereka mendirikan pos jaga swadaya di lingkungan masing-masing, menjaga wilayah siang dan malam guna menghalau segala bentuk intimidasi maupun tindakan ilegal yang mengancam tempat tinggal mereka.
Aksi ini menjadi sinyal keras bagi aparat penegak hukum, pemerintah kota, dan lembaga terkait untuk segera turun tangan dan mengusut tuntas dugaan praktik mafia tanah yang dinilai sudah sangat meresahkan.
Pantauan di lapangan, sejumlah personel kepolisian terlihat berjaga di depan SDN 060873, Jalan Karakatau Ujung, guna mengantisipasi potensi kericuhan lebih lanjut. Hingga berita ini diturunkan, situasi di lokasi aksi masih kondusif namun penuh kewaspadaan. (red)