Medan (Pewarta.co)-Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2020, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) melakukan pantauan ke Pusat Pasar (Pajak Sentral) dan sejumlah lokasi lain di Medan.
Dalam pantauan itu, ditemukan beras berbau apek di salah satu toko grosir di Pusat Pasar itu.
Beras dengan kondisi seperti itu ditemukan oleh Gubernur Sumut Edy Rahmayadi saat mendampingi Direktur Jendral Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag RI, Veri Anggriono, Rabu (4/12/2019).
“Bau ini. Tarik saja yang berbau,” kata Edy setelah mencium beras yang diambilnya di salah satu kios penjual beras.
Pemilik kios bernama Acun menanggapi hal itu.
Ia mengatakan, beras tersebut dibelinya sepekan lalu.
Ia juga mengatakan, hanya beras dalam karung besar saja yang berbau.
“Beras itu berasal dari India. Karena beras tersebut bau maka saya berniat akan menukarnya,” ujarnya.
Disebutkannya, dia membeli beras itu sebanyak dua goni besar dan sepuluh goni ukuran 5 dan 10 kilogram.
“Berasnya kita jual Rp 9500/kilogram,” ucapnya.
Mengenai beras yang berbau, Edy menduga karena beras itu diletakkan tidak pada tempatnya.
“Hanya beberapa goni saja. Stok beras saat ini tidak defisit, bahkan sangat aman hingga Nataru mendatang,” tuturnya.
Setelah dari Pusat Pasar, rombongan menuju Gudang Bulog di Jalan Mustafa, di Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur.
Di gudang tersebut, Edy juga menemukan beras yang berbau, yakni beras dari Thailand dan India.
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sumut Arwakhudin Widiarso menyatakan, soal temuan beras berbau pihaknya akan melakukan evaluasi.
Menurutnya ada persoalan umur simpan.
“Tapi yang jelas beras yang ada tadi secara visual masih cukup bagus karena saat dibeli dalam kondisi bagus. Cuma di persoalan umur simpan,” tukasnya.
Dijelaskannya, beras tersebut disimpan sejak akhir 2018.
Sementara beras premium yang tidak berbau, baru berumur 2-3 bulan.
“Yang mulai bau, itu sebagian ya, itu akhir 2018. Biasanya akan dilakukan uji laboratorium. Yang akhir 2018 itu sekitar 20 ribu ton,” sebutnya. (gusti)