Medan (pewarta.co) – Pernah dua kali Kapolres, kemudian Kapolrestabes, Kapolres Metro di Jakarta dan kini bintang 1, tak serta membuatt Mardiaz, berubah 360 derajat. Kesan kaku dan gila hornat pudar, meski disebut dekat dengan mantan Kapolri Tito Karnavian, kini Mendagri.
Jumpa dengan Waka (Wakil Kepala) Poldasu Brigjend Pol Mardiaz Kusin Dwihanto, unik dan ngegemesin. Terdiri dari dua sesi jumpa soalnya. Pertama tengah hari, namun dilanjutkan sejam lebih berikutnya, pada sesi kedua.
Dalam benak saya suasana pasti akan kaku dan tegang, apalagi masih dalam suasana Ramadan dan Covid 19. Ternyata malah sebaliknya. Saya bersama Zulkifli Tanjung dan Chairum Lubis (jurnalis yang eksis meliput di kepolisian) diterima dengan suasana cair dan akrab. Bahkan suasana keakraban itu semakin terasa dalam diskusi terbuka tentang banyak hal.
Berbagai tema pun mengalir dalam diskusi siang sampai sore hari itu. Dari sejarah masa muda sang jenderal hingga peranan Polri masa depan di masyarakat dan banyak lagi.
Tapi, dari semua itu yang paling saya rasakan adalah komitmen dan loyalitas yang tinggi kepada bangsa dan negara. Uniknya, loyalitas itu terbangun di atas komitmen dan kebanggan beliau sebagai seorang muslim.
Bak iklan tayangan TV numpang lewat, ngobras (ngobrol asal dan asik) bersama Bang Diaz (sapaan akrabnya) pada sesi awal itu, mendadak distop.
“Ada vidcon Satgas Nusantara. Paling sejaman awak dah siap, kita ngobrol lagi ya!”ucap mantan Kapolres Madina itu, sambil bergegas ke ruangan vidcon Polda Sumut. Dimana ruangannya, mboh raweroh (nggak tahu).
Sejam lebih sedikit, nada peringatan berdering. Bang Diaz melaporkan, “awak sudah selesai”. Kami pun, naik ke lantai 2 dari masjid Mapoldasu, dekat Direktorat Intelkam.
Tak ada protokol menunggu dan teken-teken atau tinggalin nomor hape di meja Propost, lazimnya bertamu ke ruang jenderal. Seorang ajudan berpakaian safari langsung menyambut dan membawa kami masuk ke dalam ruangan Bang Diaz.
“Bapak sudah munggu, bang!”kata si ajudan, sambil senyum. Di dalam, bang Diaz tampil sedikit slengean. Senyum sambil mempersilahkan duduk di depannya. Sepatu dan kaos kakinya dibuka. Dia hanya memakai sandal jepit.
Zulkifli langsung menohok bertanya soal sikap tak jaim (jaga imez) Bang Diaz, meski sudah jenderal bintang 1. Pertanyaan pada sesi pertama ini dilanjutkan karena tadi terpotong Vidcon.
“Wartawan butuh jenderal yang terbuka dengan segala informasi. Kayak abang ini lah, tidak jaim,”cecar Zul.
Mantan Korspripim Kapolri Jenderal Tito Karnavian ini melongo sejenak. Dia mengernyitkan kening lalu bilang begini,
“Saya tidak ada niat apa-apa, apalagi niat jelek terhadap siapapun, jadi ngapain jaim. Kecuali, saya mau ‘nyerang’ dia, .maka saya harus terlihat tidak mudah ditebak sama orang yang mau diserang.”
Luwesnya Bang Diaz tak hanya di dunia nyata. Di ajang silaturahim online pun, semisal Grup Whatsapp, dia proaktif. Tak pernah berkomentar kaku, malah kadang lebih dominan mencagili. Tapi tetap dalam koridor wajar dan beretika.
Sikap tidak kakunya juga menonjol ketika diiajak bersih-bersih sungai di kanal kawasan Mariendal. Mantan Kapolres Nias ini ok-ok saja turun ke dekat aliran sungai. Pernah di tahun 2019, saya memergokinya tengah berdri bersama beberapa orang berpakaian sipil di atas jembatan.
Mereka menunjuk-nunjuk air sungai yang keruh. Di pinggir sungai, ada beberapa tenda didirikan. Tenda-tenda itu ternyata tempat menginap para pegiat pecinta alam dan sungai. Bang Diaz, tak sungkan duduk dan ngobrol, meski terik matahari menyengat kepala. (red)