Medan (pewarta.co)
Massa aksi yang tergabung dalam Solidaritas Angkutan Transportasi Umum (SATU) dalam unjukrasa di depan Kantor Walikota Medan menuntut agar angkutan berbasis Online seperti Go-Jek dan Grab Taksi agar segera ditutup mendapat tanggapan dari warga masyarakat Kota Medan. Ada yang setuju angkutan berbasis aplikasi itu ditutup. Namun ada pula yang tidak menyetujuinya dengan berbagai alasan.
Hal tersebut seperti apa yang dikatakan Farid Achyadi Siregar. Mahasiswa semester VI Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara ini mengatakan, bahwa kehadiran Gojek sesuai dengan tuntutan zaman. “Memang dia tidak punya izin. Tapi kehadirannya berguna untuk kemajuan. Karena, kehadiran gojek berguna sesuai tuntutan zaman,” kata Farid ketika ditemui di kampus UMSU, Jalan Mukhtar Basri Medan, Senin (20/3/2017).
Ia menjelaskan, dewasa ini, masyarakat lebih memilih angkutan berbasis online ketimbang angkutan konvensional. Dari itu, mahasiswa yang mengambil mata kuliah konsentrasi Jurnalistik ini tidak setuju angkutan berbasis aplikasi itu ditutup. “Saya tidak setuju Gojek ditutup. Karena, menggunakan Gojek lebih efisien, baik itu dari segi ekonomi maupun efisiensi waktu,” jelas pemuda berkacamata ini.
Selain itu, Farid berharap, kepada pihak terkait dalam hal ini pemerintah agar menyerukan kepada pihak manegemen Gojek untuk segera melangkapi izin operasionalnya. “Saya berharap, Gojek mengurus izinnya. Demikian juga pemerintah, harus mendorong itu,” harapnya.
Berbeda dengan Farid, Rahmad Sedia Ananda Tanjung rekannya sesama mahasiswa Jurnalistik justru berpendapat berbeda. Nanda malah mengharapkan Gojek untuk segera ditutup karena telah mengurangi pendapatan Betor yang notabene memikik izin operasional. Sementara Gojek sama sekali tidak memiliki izin.
Bahkan, Nanda menuding ada orang kuat di belakang Gojek sehingga angkutan berbasis aplikasi ini berani beroperasi. “Walaupun tidak mengantongi izin, dia (Gojek) berani beroperasi. Pasti ada dekingnya. Mungkin orang kuat,” tudingnya.
Kepada pemerintah, Nanda berharap agar bertindak tegas. Sebab, ia merasa persolan ini bukan permasalahan sepele. “Pemerintah harus mengambil tindakan tegas. Ini bukan persoalan ecek-ecek,” harapnya. Di Jawa, ia menambahkan, persoalan ini telah merenggut korban jiwa. “Maka dari itu, Jangan sempat jatuh korban di Kota Medan yang kita cintai ini hanya karena persoalan ini,” tambahnya. (rks)