Jakarta (Pewarta.co) – Burung kasuari yang merupakan ikon atau lambang Provinsi Papua Barat menghiasi lembaran kain batik dan menjadi motif menggugah hasrat untuk memilikinya.
Tak hanya burung kasuari, motif rumah kaki seribu (rumah adat Suku Kala), dan buah pala dari Kabupaten Fakfak, Papua Barat juga menjadi corak yang mempercantik batik produksi UMKM Kasuari Batik.
“Ini batik tulis yang menggambarkan kondisi Papua,” ujar Leonita Emiliana yang tergabung dalam UMKM Kasuari Batik, Sabtu (3/8/2024) di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta.
Kehadiran UMKM Papua Barat binaan BI itu turut menyemarakkan Festival Ekonomi Keuangan Digital (FEKDI) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) digelar
Bank Indonesia (BI) sejak Kamis 1 hingga Minggu, 4 Agustus 2024.
Gelaran dibuka Presiden Joko Widodo itu dihadiri Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.
Leonita yang juga sekretaris Ikatan Wanita Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKI) Arfak Papua, menuturkan Provinsi Papua mengunggulkan produk batik dan tas dari serat nenas yang disebut noken dalam event tersebut.
Untuk lebih memperkenalkan budaya Papua, di stand tersebut juga ada dipamerkan dan dijual Palo-palo, yakni topi khas Papua terbuat dari ijuk, dengan hiasan bulu ayam di bagian atasnya.
Emi, sapaan Leonita Emiliana menuturkan, noken itu berasal dari Kabupaten Arfak. Tas itu terbuat dari bahan baku serat nenas dan kulit kayu mincau yang hanya ada di pegunungan Arfak.
Ikatan Wanita GPKI sendiri, sebut Emi, membina 20 perajin untuk membuat tas serat nenas tersebut. Ukurannya beragam. dengan model unik.
“Kalau tas besar agak lama membuatnya. Tapi kalau tas kecil dan banyak benangnya bisa sehari siap,” ujarnya.
Emi menyebut 20 perajin itu dibagi tugasnya untuk mengerjakan produk. Ada perajin yang khusus untuk mendapatkan serat nenas, ada yang tugasnya memilin serat nenas jadi benang. Ada pula yang menjadikannya menjadi noken.
Diungkapkannya, Bank Indonesia di Papua memberikan bantuan berupa 2 unit mesin pemisah serat daun nenas, harganya mencapai Rp40 juta.
Selain itu, BI juga memberikan bantuan 6 unit mesin jahit yang diorder dari Subang.
Harga noken serat nenas yang dijual di FEKDI x KKI itu bervariasi dari Rp150 ribu hingga Rp500 ribu per buah.
Disebutkannya, yang paling laku di event itu adalah batik Kasuari dan noken serat nenas.
Emi mengaku senang mereka termasuk menjadi peserta UMKM yang turut menyemarakkan FEKDI x KKI 2024.
“Senang rasanya bisa melihat karya-karya dari daerah lain se-Indonesia yang ada di sini. Itu bisa kami jadikan perbandingan dan modifikasi produk nantinya,” pungkasnya. (gusti)