Medan (Pewarta.co) — Dukungan terhadap pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sumatera Utara terus berlanjut secara konsisten. Hingga Mei 2025, total kredit yang disalurkan perbankan untuk sektor ini mencapai Rp81,15 triliun, atau tumbuh 1,79 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari jumlah tersebut, sebagian besar kredit dialokasikan ke segmen Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang menyumbang 81,47 persen dari total kredit UMKM dengan pertumbuhan 5,74 persen yoy. Ini menandakan bahwa perbankan tidak tinggal diam dalam menopang ekonomi rakyat.
“Kami terus mendorong akses pembiayaan untuk UMKM sekaligus menguatkan pelindungan konsumen melalui edukasi literasi keuangan yang masif,” kata Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara, Khoirul Muttaqien, Rabu (16/7/2025).
Sementara itu, segmen Usaha Menengah berkontribusi 18,53 persen terhadap total kredit UMKM. Penyaluran kredit konsumtif juga masih menunjukkan tren peningkatan dengan realisasi mencapai Rp90,45 triliun, tumbuh 12,14 persen yoy.
Pertumbuhan ini sekaligus mencerminkan masih tingginya dukungan Sektor Rumah Tangga terhadap perekonomian Sumatera Utara.
Ia menyebut, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian daerah. Menurutnya penyaluran kredit kepada UMKM bukan hanya soal pembiayaan, tetapi juga soal keberlanjutan ekonomi daerah. Perbankan diarahkan untuk menyalurkan kredit secara inklusif, menyentuh sektor-sektor produktif yang seringkali belum tersentuh layanan formal.
“UMKM menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Dengan pembiayaan yang tepat dan edukasi yang cukup, mereka bisa naik kelas dan menjadi penggerak pertumbuhan yang signifikan,” tambahnya.
Peningkatan kredit UMKM ini juga sejalan dengan strategi nasional dalam memperluas inklusi keuangan dan mendorong pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Di Sumut, sektor perdagangan, pertanian, dan jasa menjadi penerima terbesar pembiayaan UMKM.
Di luar UMKM, kredit konsumtif juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Hingga Mei 2025, total kredit konsumtif tercatat sebesar Rp64,21 triliun, tumbuh 7,91 persen (yoy). Pertumbuhan ini mengindikasikan pemulihan daya beli masyarakat secara bertahap.
Meski demikian, OJK mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kredit konsumtif dan produktif. Fokus tetap diarahkan pada pembiayaan sektor-sektor yang memberi multiplier effect terhadap perekonomian.
Tak hanya membesarkan angka penyaluran kredit, OJK juga aktif mendorong peningkatan literasi dan pelindungan konsumen. Berbagai program edukasi keuangan digelar secara masif di Sumut, mulai dari komunitas desa, pelajar, hingga pelaku usaha.
“Literasi yang kuat akan memperkuat posisi konsumen dalam berinteraksi dengan lembaga jasa keuangan. Ini penting agar masyarakat tak hanya terlayani, tapi juga terlindungi,” jelasnya.
Ia menyebutkan, pelindungan konsumen menjadi prioritas dalam membangun sistem keuangan yang sehat dan berkelanjutan. Di antaranya melalui sistem pengaduan konsumen yang terintegrasi serta pengawasan terhadap produk dan layanan keuangan digital yang makin berkembang.
Ke depan, OJK Sumut berkomitmen membangun ekosistem UMKM yang lebih siap, bukan hanya dari sisi pembiayaan, tetapi juga pendampingan dan digitalisasi. Kolaborasi dengan pemerintah daerah, lembaga jasa keuangan, dan komunitas lokal akan diperkuat untuk menciptakan UMKM yang tangguh dan berdaya saing tinggi.
Dengan pertumbuhan kredit yang stabil, literasi yang meningkat, dan pelindungan konsumen yang diperkuat, Sumatera Utara menunjukkan arah yang jelas dalam memperkuat peran UMKM sebagai tulang punggung ekonomi rakyat. (gusti)