Jakarta (pewarta.co) – Surita mengaku bangga kembali terpilih dan menjadi satu-satunya pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) binaan Bank Indonesia asal Aceh yang mengikuti Festival Ekonomi Keuangan Digital (FEKDI) x Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 di Jakarta.
Event digelar 1 – 4 Agustus 2024 itu merupakan selebrasi dalam rangka mendorong UMKM naik kelas dengan semangat kebaruan dan inovasi.
Banyak produk tekstil unggulan yang tampil di event tersebut. Salah satunya usaha milik Surita, Seutari, dari Aceh dengan produk kain bordir serta pakaian siap pakai (ready to use).
Dalam pameran itu, Surita menampilkan beragam produk usahanya, dan menjadi favorit pengunjung, seperti kain bordir, outer (baju luaran) dan gamis.
“Tahun-tahun sebelumnya, kita hanya menyediakan kain bordir saja. Tahun ini, kita membawa produk baru. Ini juga karena permintaan,” ujar Surati ketika ditemui di JCC, Jakarta, Minggu (4/8/2024).
Dia menyebut sudah beberapa kali mengikuti event Karya Kreatif Indonesia, dan mengaku bangga menjadi satu-satunya pelaku UMKM dari Aceh yang ikut di event itu.
Menurutnya, selama kegiatan berlangsung jumlah pengunjung mendatangi standnya lumayan ramai, dan bahkan mampu mendongkrak penjualan.
“Produk yang banyak dicari pengunjung di sini adalah kain bordir dan outer,” ucapnya seraya memperlihatkan barang yang dimaksud.
Disebutkannya, harga untuk produk yang berada di Reudeup Montaksik Aceh Besar ini ada di kisaran Rp400 ribu hingga Rp3 jutaan.
Surita menceritakan, dia pertama kali mengenal bordir saat masih duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar (SD), saat itu tahun 1991. Bahkan di usianya yang masih belia, dia sudah mulai berpenghasilan.
“Sejak tahun 1991 sudah bisa bordir. Secara otodidak, dan saat itu saya sudah berpenghasilan Rp3 ribu upah dari bordir,” ujarnya.
Surita menyebut sejak saat itu ia semakin termotivasi menggeluti bordir. Terlebih ekonomi keluarganya terbilang sulit, sebab ayahnya yang sakit leukimia bekerja serabutan, sedangkan ibunya juga mengidap penyakit kanker.
Berbekal penghasilan tersebut, Surita mengaku bersyukur bisa membantu untuk menopang ekonomi keluarga.
“Motivasi saya, saya ingin ada perubahan buat keluarga saya,” ujarnya.
Surita berharap apa yang telah raihnya ini juga bisa menjadi motivasi bagi pengrajin lain di daerahnya. Karena belakangan jumlah warga yang tertarik dengan bordir ini semakin berkurang jumlahnya.
Mereka lebih memilih menjadi pegawai toko dan mengabaikan keahlian membordir, karena alasan terkendala modal.
Padahal jika digeluti secara serius, usaha ini memiliki prospek yang menjanjikan. (gusti)