Batubara (Pewarta.co)-Desa Gunung Rante adalah salah satu desa paling terdalam berada di wilayah Barat Daya mendekati perbatasan antara Asahan dan Kabupaten Batubara.
Kampung yang berada di tengah Perkebunan PT Buana Sawit Indah ini bermukim sebanyak 800 Kepala Keluarga (KK) yang mayoritas suku Batak dan hampir seluruh kampung yang ada di desa tersebut beragama Nasrani.
Tercatat, sebanyak 122 janda, yatim dan kaum dhuafa membutuhkan uluran tangan para dermawan. Hal ini membuat sosok pendiri dan Pembina Komunitas Sedekah Jumat (KSJ), yakni Kapolres Batubara, AKBP Ikhwan Lubis, beranjak dan melakukan ekspedisi bantuan ke desa tersebut.
Kapolres Batubara tak sendiri. Beliau datang bersama dengan istri dan para relawan KSJ beserta para pejabat utama (PJU) Polres Batubara pada Jumat Barokah (21/5/2021) petang.
Sesampai di Desa Gunung Rantai Kapolres Batubara dan rombongan KSJ serta para relawan disambut meriah dengan tarian khas Batak yang langsung memakaikan ulos kepada Kapolres Batubara AKBP Ikhwan Lubis SH MH beserta istri, Dr Henny SPd MPd dan diiringi musik gas tarian tortor.
Kapolres Batubara didampingi Ketua KSJ Pusat Saharudin SE dan Ketua KSJ wilayah Kabupaten Batubara, Rijal Syahreza SE beserta pejabat utamanya.
“Memang kami baru yang pertama kali ke daerah Gunung Rantai ini, namun kami sering bersosialisasi kepada sosok kepala desa agar juga ikut berkiprah melakukan bantuan sedekah kepada masyarakat sekitar sana,” ungkap Kapolres Batubara, sang pejuang kaum duafa ini.
Kapolres Batubara juga mengakui walau terkesan jauh dan masuk ke pedalaman paling terisolir, tapi ia merasa puas dan terharu atas sambutan saudara-saudara di daerah Gunung Rantai ini.
“Sambutan yang sanagat bersahabat dan penuh persaudaraan bagi mereka dan kami kususnya para relawan KSJ. Rasa haru ini takkan terlupakan untuk kami semua,” ungkap sosok pejuang kaum dhuafa ini.
Sementara itu, Ibu Siregar (57) asli warga Gunung Rantai mengutarakan rasa terimakasihnya sambil menangis di hadapan para hadirin yang ada di tempat pertemuan tersebut mengatakan ia orang yang tak punya apa-apa.
“Kami hanya berharap dari hasil berkebun. Suami saya sudah tidak ada dan bagaimana dengan kehidupan saya. Namun kami mempunyai sosok pemimpin yang sangat terkenal sebagai pejuang kaum miskin (Kapolres Batubara). Walau tak seberapa yang kami dapat dari beliau ini tapi kami merasa semangat itu bangkit dan akan terus berjuang serta terus akan berusaha untuk tegar menjalani semua ini,” katanya.
“Kami hanya ingin bertemu kepada sosok idola kami yang saat ini ada di hadapan kami dapat membantu bukan hanya materi, namun semangat bagi kami warga yang miskin seperti kami ini. Ada harapan perpanjangan suara kami melalui bapak sang pejuang kaum dhuafa,” ungkapnya sambil menangis dan merasa berterimakasih atas kedatangan dan bantuan yang diberikan Kapolres Batubara yang sosok pejuang kaum dhuafa. (Dedi/r)