Batam (Pewarta.co) – Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) perlu mencontoh pengelolaan air bersih dan limbah di Pulau Batam. Meskipun tidak ada sumber air bersih, pulau yang berada di antara samudera Hindia dan samudera pasifik tersebut berhasil mengelola air dengan waduk buatannya.
Demikian terungkap saat Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu bersama Forum Wartawan Unit Pemprovsu melakukan kunjungan dalam rangka pengayaan wawasan wartawan Pemprovsu ke Badan Pengusahaan (BP) Batam, Jumat (18/10/2019).
Kunjungan ini dipimpin langsung Kepala Bagian (Kabag) Pelayanan Media Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprovsu, Harvina Zuhra dan Ketua Forum Wartawan Pemprovsu, Khairul Muslim. Kunjungan diterima Kepala Kantor Pengelolaan Air dan Limbah BP Batam yang diwakili Kepala Bidang Pengelolaan Waduk, Hadjad Widagdo serta Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat BP Batam, Yudi Haripurdaya.
Dikatakan Hadjad bahwa Batam memang tidak ada yang memasok sumber air. Batam hanya mengharap hujan sebagai sumber air. Untungnya curah hujan di Batam juga tinggi. Sekitar 2400 mm per tahun. Namun setelah adanya perubahan cuaca, elnino dan lainnya curah hujan di Batam mulai berkurang. Waduk di Batam tidak mendapatkan air hujan rutin, sehingga BP Batam melakukan teknologi agar pasokan air di waduk terus tersedia.
“Jadi waduk kita di sini juga waduk buatan. Tidak ada kita danau alami seperti yang ada di Sumut misalnya Danau Toba. Waduk buatan terbesar yang kita miliki adalah Waduk Duriangkang. Dulunya ini air asin. Hanya saja sekarang sudah ditetapkan sebagai sumber air baku terbesar, karena ini memang waduk yang paling besar di Pulau Batam,” ucapnya.
Selain Waduk Duriangkang dengan volume 78.180.000 m3, penyediaan air bersih di Pulau Batam juga berasal dari Waduk Sei Nongsa dengan volume 720.000 m3, Waduk Sei Boloi 270.000 m3, Waduk Sei Ladi 9.490.000 m3, Waduk Sei Harapan dengan volume 3.600.000 m3 dan Waduk Muka Kuning dengan volume 12.270.000 m3. Selain waduk-waduk ini BP Batam juga sedang merencanakan pembangunan waduk tambahan yakni Waduk Rempang yang nantinya dengan volume 5.166.400 m3, Waduk Sei Gong dan satu lagi Waduk Tembesi yang sampai saat ini juga belum beroperasi.
“Ke depan juga kita sedang menjajaki pengelolaan air bersih dari air laut. Ada beberapa negara sedang menawarkan investasinya salah satunya Korea. Hanya saja kajiannya masih kita pelajari,” kata Hadjad.
Dalam pengelolaan air bersih, BP Batam menyerahkannya kepada PT Adhya Tirta Batam (ATB). PT ini juga dinilai berhasil dalam mengelola air bersih di Batam. Terbukti hingga saat ini sudah 95 persen yang mendapatkan manfaat air bersih tersebut. “Dan terbukti air yang tidak terpakai di Pulau Batam sekitar 15-18 persen,” sebutnya.
Terpenting katanya, dalam pengelolaan air ini, BP Batam mengedepankan pelayanan bukan pendapatan. Mengingat ketersediaan air ini merupakan visi Pulau Batam. Investor yang ingin berinvestasi ke Batam juga melihat hal ini. “Karena ini sudah visi kita, masterplannya harus dibuat bagus. Uji kelayakannya benar-benar. Jangan sampai kita sudah membuat, diulang lagi,” katanya.
Sementara itu Harvina Zuhra menyebutkan bahwa kunjungan ke Pulau Batam ini sudah tiga kali dilakukan Pemprovsu. “Ini bukan yang pertama soalnya. Hanya saja pada kunjungan kali ini kita memang memfokuskan pada pengelolaan air dan limbah di Batam. Sehingga pulang dari sini ada masukan untuk para wartawan,” ucapnya.
Terakhir Ketua Forum Wartawan Pemprovsu mengatakan bahwa ada 80 an wartawan yang terverifikasi untuk meliput di Pemprovsu. “Dari 80 itu terjaring lagi 31 wartawan yang saat ini mengikuti kegiatan pengayaan wawasan wartawan tersebut,” ucapnya. (Red)