Medan (Pewarta.co)-Jurnalis diharapkan sebagai ujung tombak dalam menghadapi Covid-19 dan menjadikan tenaga medis sebagai benteng terakhir.
Pasalnya, dokter akan kewalahan bila banyak pasien positif Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit.
Untuk itu jurnalis bisa ikut menyosialisasikan agar masyarakat sedikit yang terpapar Covid-19.
“Ini penting karena apa yang diminta pada kita, tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh para dokter yang telah banyak gugur,” kata Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo ketika membuka briefing dan pembekalan materi program bagi peserta Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku (FJPP) pada seleksi gelombang I, Rabu (14/10/2020) lalu.
Briefing dilakukan secara virtual dengan aplikasi zoom itu diikuti hampir 300-an lebih jurnalis dari media cetak, cyber (online) dan elektronik.
Tampil juga sebagai pemateri dari Dewan Pers Agus Sudibyo, M Nasir, Didit Ahendra dan dimoderatori oleh Petty S Patimah.
Program FJPP merupakan kerjasama Dewan Pers dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 guna mengajak jurnalis bersama-sama mengampanyekan perubahan prilaku patuh pada protokol kesehatan, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, jaga jarak dan hindari kerumunan.
“Peserta FJPP sekaligus agen perubahan perilaku untuk mengedukasi rakyat Indonesia patuh pada protol kesehatan agar tidak terpapar Covid-19,” kata Doni Monardo.
Doni menegaskan, sekira 3000-an jurnalis/wartawan yang lolos seleksi dari seluruh Indonesia terlibat dalam FJPP itu harus mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dalam tanggungjawabnya sebagai masyarakat untuk selamatkan bangsa dari penyebaran Covid-19.
Dia mengungkapkan, sebanyak 63 persen keberhasilan sosialisasi ada di tangan media.
Yang menjadi tantangan adalah bagaimana menyampaikan hal yang berhubungan dengan Covid-19 kepada masyarakat secara benar.
Pasalnya, sebanyak 17 persen masyarakat masih menganggap sangat tidak mungkin akan terpapar Covid-19.
“Ini satu hal yang sangat miris. Sebanyak 17 dari 100 orang percaya dan sangat percaya dirinya tidak akan kena Covid,” tukasnya.
Jurnalis, kata Doni, bisa beri sosialisasi dengan pemberitaan yang benar untuk membantu masyarakat agar terinformasi tentang Covid-19.
“Ada tanggungjawab pribadi sebagai jurnalis support bagi pemerintah,” ujarnya.
Diakuinya, medsos (media sosial) menduduki peringkat tertinggi, disusul televisi, WhatsApp dan media lainnya seperti koran dan radio yang bisa menyampaikan pesan tentang hal-hal yang berkaitan dengan protokol kesehatan, yakni ketentuan untuk selalu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, jaga jarak dan jauhi kerumunan.
“Saat ini, hal itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” ucapnya.
Menurut Doni Monardo, terlepas dari vaksin, obat terbaik Covid-19 saat ini adalah patuh terhadap protol kesehatan yang dibarengi dengan melakukan ibadah, tingkatkan imunitas dengan berolahraga teratur, makan-makanan bergizi, hati yang gembira.
“Ajakan kita kepada masyarakat untuk menghadapi Covid-19 adalah patuh pada protokol kesehatan, tingkatkan kegiatan ibadah dan imunitas tubuh. Ingat aman, iman dan imun,” tuturnya.
Pada kesempatan itu ia menyampaikan apresiasi kepada media yang telah mengubah tampilan pemberitaan berupa sosialisasi atau ajakan kepada masyarakat agar patuh pada protokol kesehatan.
Untuk itu, dia berharap peran media untuk mengisi ruang-ruang pemberitaan agar masyarakat patuh pada protokol kesehatan.
Dia mengingatkan, Covid ini ditularkan manusia, mengancam kita, orang di sekitar yang berdekatan dengan kita. Diakuinya, untuk memutus mata rantai penularannya, tidak mudah karena manusia adalah makhluk sosial.
Namun, menurutnya, bila media rutin mengisi ruang pemberitaan dengan imbauan patuh pada protokol kesehatan, ia yakin sosialisasi terhadap masyarakat akan berhasil.
Dia menyayangkan masih ada saja masyarakat yang tidak percaya pada Covid.
Itu bukan hanya terjadi di kalangan pendidikan rendah.
Orang yang pendidikannya tinggi pun bahkan mengatakan Covid itu tidak ada.
“Covid itu nyata, bukan konspirasi, rekayasa,” ujarnya.
Menurutnya, jurnalis juga bisa menjadi bagian dari pahlawan kemanusiaan, karena bisa memengaruhi masyarakat agar terhindar dari penularan Covid-19.
Sementara itu, Agus Sudibyo dari Dewan Pers ketika menyampaikan materinya tentang panduan liputan jurnalisme perubahan perilaku meminta peserta FJPP bertugas mengkampanyekan, mengawasi pelaksanaan di lapangan, menunjukkan contoh-contoh keberhasilan masyarakat menghadapi Covid-19.
Selain mengisi ruang-ruang pemberitaan terkait Covid-19, ia juga meminta jurnalis turut mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan di ruang-ruang publik, seperti di jalan raya, taman kota, terminal, stasiun, lingkungan tempat tinggal, komunitas, acara kegiatan dan sebagainya apakah sudah menerapkan protokol kesehatan dengan benar dan konsekuen.
Dia menegaskan, jurnalis juga harus patuh dan disiplin protokol kesehatan saat melaksanakan liputan di lapangan. (gusti)