Jakarta (pewarta.co) – Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menceritakan selepas tamat SMA pada 1983 lalu, pernah mendaftar dan diterima menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat itu Tito diterima menjadi mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional (HI) UGM.
“Saya dulu bukan dari keluarga yang berada. Sekolahnya pun juga di daerah. Impian anak daerah itu ingin kuliah di UGM, UI, Airlangga dan kampus top lainnya. Termasuk saya. Saya sempat ingin menjadi mahasiswa di kampus top. Saya pun kemudian ikut tes. Waktu itu tesnya di Jakarta. Saya ambil tes Perintis satu di HI UGM dan Perintis tiga di Kedokteran Universitas Sriwijaya,” ujar Tito saat acara ramah tamah Kapolri dengan civitas akademika UGM di Graha Sabha Permana (GSP), Rabu (26/4/2017).
Selain mendaftar di UGM dan Unsri, Tito pun sempat mendaftar di STAN. Mendaftar di STAN, lanjut Tito karena diajak oleh kawan-kawannya yang juga mendaftar.
“Kemudian saat itu saya diajak kawan-kawan untuk ikut tes AKABRI. Jujur waktu itu saya enggak tahu AKABRI itu apa. Cuma tahu kalau dulu mau jadi Gubernur ya dari AKABRI. Waktu mendaftar enggak ada persiapan karena bukan prioritas saya. Prioritas saya waktu itu kuliah,” kenang mantan Kapolda Papua ini.
Tito menceritakan bahwa saat mengikuti tes AKABRI itu dirinya lolos seleksi. Dari Palembang kemudian Tito melanjutkan tes di Akademi Militer (Akmil) Magelang. Saat menjalani tes terakhir, hasil tes perintis atau pengumuman masuk universitas keluar.
Tito saat itu diterima di UGM jurusan HI dengan ranking nomor 4. Sedangkan di Kedokteran Unsri, Tito juga diterima dengan ranking nomor 1. Tes di STAN pun Tito juga dinyatakan lolos dan diterima.
“Saya tanya ke bapak dan ibu. Ibu ingin saya ambil yang jurusan kedokteran. Bapak ingin saya kuliah di UGM. Sedangkan hati kecil saya sudah mulai tertarik dengan AKABRI. Tapi saya juga ingin jadi diplomat. Sempat dilema antara UGM dengan AKABRI saat itu,” tutur Tito.
Tito menerangkan bahwa saat itu tes AKABRI sudah masuk tahap akhir. Dirinya pun sempat menghadap ke panitia seleksi untuk mengundurkan diri dan memilih untuk kuliah di UGM. Tetapi pengunduran diri Tito ditolak oleh panitia seleksi AKABRI.
“Kata panitia seleksi, boleh mundur tetapi harus mengganti biaya seleksi dan tes. Sebab saya tesnya gratis. Saya pusing waktu itu. Belum jadi kuliah saya sudah merepotkan orangtua kalau suruh ganti biaya. Akhirnya kandas keinginan saya masuk UGM. Saya akhirnya masuk AKABRI saja. Setelah tes psikologi, saya masuk penjurusan polisi. Padahal saya inginnya di AD biar jadi Gubernur,” ungkap jendral bintang empat ini.
Tito mengatakan bahwa dirinya sempat ingin mengundurkan diri dari Akpol. Kecintaan pada polisi, sambung Tito baru muncul dua tahun setelah menjalani pendidikan di Akpol Semarang.
“Mungkin ini jalan Tuhan. Kalau saya jadi masuk UGM dan jadi diplomat pasti saya kalah pintar sama Bu Menlu. Soalnya Bu Menlu yang lulusan UGM itu pintar sekali,” kelakar Tito. (red/dtc)