Medan (Pewarta.co)-Pagi nan cerah itu, ia bergegas mandi dan buru-buru mengenakan seragam sekolahnya. Siswi yang baru duduk di Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Medan itu bukan hendak berangkat ke sekolah seperti biasanya pada belasan bulan lalu.
Rupanya ia akan mengikuti zoom meeting Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Seragam sekolah yang dikenakannya pun hanya baju atasannya dan jilbab putih, dengan bawahan celana rumahan saja. Bukan seragam lengkap.
“Saat itu saya rasanya bersemangat sekali masuk sekolah walau masih daring. Mungkin karena tahun ajaran baru itu, saya ‘kan jadi anak baru. Udah SMK dan bukan siswi SMP lagi,” kata Zahra menceritakan pengalamannya kepada penulis, Sabtu (25/9/2021), ketika menjadi murid baru di masa pandemi Covid-19.
Ia mengakui, situasinya sungguh berbeda kala menjadi murid baru SMP pada 2018 lalu. Berkenalan dengan kawan baru, para guru dan berkeliling lingkungan sekolah menjadi saat yang menyenangkan baginya. Memang, saat itu virus Corona belum ‘menyerang’ dunia. Suasana masih berlangsung normal, tak mewajibkan diri memakai masker walau tetap harus menjaga kebersihan, berkumpul dengan teman-teman sekolahnya pun bukan menjadi larangan.
Namun, di tahun ajaran baru pada pertengahan 2021 lalu ini, Zahra harus merelakan pengalaman serunya menjadi siswi baru tak seperti waktu itu.
Pada hari pertama sekolah, ia hanya bisa mengintip wujud ruang kelasnya melalui video yang disiarkan lewat zoom meeting. Pengalaman bertemu guru dan teman baru juga dilakukan di depan layar smartphonenya.
Ramai teman-temannya yang berbagi cerita di video tersebut. Tapi Zahra mengaku kurang puas dengan menatap lingkungan sekolah dan wajah teman-teman barunya di depan layar smartphonenya.
“Ya, beda kalilah ketemu langsung dengan guru dan teman-teman dibanding hanya jumpa lewat video,” katanya.
Banyak hal-hal yang mestinya jadi sesuatu yang baru yang dirasakan siswa yang baru masuk seperti upacara bendera, bertemu guru dan kawan baru. Kendati demikian Zahra mengaku bersyukur pernah mengikuti kegiatan MPLS secara langsung saat SMP, saat Covid-19 belum nyata di sini.
Pandemi Covid-19 membuat kegiatan belajar mengajar beralih ke rumah. Sudah hampir dua tahun berlangsung Pembelajaran Jarak Jauh atau belajar secara daring, Maret 2020 hingga September 2021. Bahkan masa pengenalan lingkungan sekolah, yang juga kesempatan untuk bisa mengenal teman-teman baru secara langsung, tetap dilakukan daring. Bagi seorang siswa, yang paling berkesan adalah waktu hari pertama masuk sekolah.
“Perpindahan dari SMP ke SMK sangat dinanti-nanti, dan ingin Covid segera pergi, tapi ternyata enggak pergi-pergi. Jadinya, saya enggak bisa ketemu dengan guru baru, teman baru, dan merasakan sekolah saya yang baru,” keluhnya.
Pada hari pertama sekolah, kata Zahra, siswa baru hanya berkenalan lewat grup whatsapp yang dibuat guru. Melalui pesan singkat mereka saling menyebutkan nama dan asal sekolahnya dulu. Ini lantaran untuk penerapan protokol kesehatan 5M tidak memungkinkan interaksi secara langsung dilakukan di tengah pandemi Covid-19.
Zahra mengaku optimis, tak lama lagi ia bisa segera kembali pergi ke sekolah, memakai baju seragamnya serta bertemu teman dan gurunya.
Sebenarnya, Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sejumlah daerah di Sumatera Utara sudah mulai diselenggarakan sejak awal September lalu. Namun karena sebelumnya Kota Medan, ibukota Provinsi Sumut ini masuk ke dalam wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, maka hingga saat ini PTM di Kota Medan belum dilaksanakan.
Wali Kota Medan Bobby Nasution menyampaikan saat ini PPKM di Kota Medan sudah turun menjadi Level 3, dari yang semula berada di Level 4. Status tersebut sudah resmi disampaikan melalui Institusi Mendagri dan Instruksi Gubernur Sumut. Dengan turunnya level PPKM ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Medan pun mengizinkan sekolah kembali buka.
Dengan turunnya level PPKM ini, Bobby Nasution memperbolehkan PTM di Kota Medan dilaksanakan kembali namun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Menurut walikota, PTM perlu persiapan dan hanya boleh satu kelas 25 persen serta juga sudah pernah simulasi. Selain itu, di dalam lingkup sekolahnya aman, di luar juga harus aman. Walikota juga menegaskan masyarakat tidak boleh euforia, karena Covid-19 masih ada bukan hilang namun penyebaran dan transmisi berkurang. (gusti)