Medan (Pewarta.co)-Provinsi Sumatera Utara (Sumut) belum menjadi tujuan investasi.
Sebab, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya 5,0-5,4 persen, masih jauh dari keinginan Gubernur Sumut (Gubsu), Edy Rahmayadi yang akan membawa ekonomi Sumut di atas 6 persen.
“Memang agak susah mencapai peningkatan ekonomi seperti itu kecuali ada dorongan lain seperti investasi,” ungkap Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat pada acara Bincang Bareng Media di kantornya, Jalan Balai Kota Medan, Kamis (9/1/2020).
Hadir pada kegiatan itu Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Ibrahim, Kepala Grup Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Andiwiana Septonarwanto, serta Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi dan UMKM Demina Sitepu.
Namun, sebut Wiwiek, kenyataannya pertumbuhan investasi cenderung menurun. Pada tahun 2018 sebesar 10-11 persen, sedangkan tahun 2019 tumbuh 6 persen.
“Kalau tak ada dorongan investasi, pertumbuhan ekonomi kita bisa tumbuh melambat,” tukasnya.
Dijelaskannya, Sumut belum menjadi tujuan investasi karena beberapa kendala seperti birokrasi. Tapi, kata Wiwiek, BI sudah buat North Sumut Invest (NSI) yang menjadi pintu masuk investor untuk investasi di daerah ini.
“Kita sedang rancang dengan Bappeda untuk websitenya yang isinya proyek-proyek yang perlu adanya masuk investor asing. Jadi nanti investor akan lihat di website itu mau investasi listrik misalnya, apakah ada di sana,” jelas Wiwiek.
Namun menurutnya momentum pertumbuhan ekonomi terus berlanjut tercermin dari akselerasi lapangan usaha, lapangan usaha utama.
Dijelaskannya, program replanting, implementasi diesel, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) dan perbaikan harga komoditas serta berlanjutnya proyek multiyears infrastruktur diprediksi menjadi faktor pendorong perekonomian dari sisi lapangan usaha utama.
Meski terdapat peluang peningkatan permintaan domestik seiring dengan investasi swasta serta perluasan penerapan biodiesel, namun pertumbuhan ekonomi Sumut 2020 dibayangi resiko bias ke bawah.
Pada Tahun 2019, katanya, pertumbuhan ekonomi Sumut selalu di atas nasional. Pada triwulan I sebesar 5,3 persen, triwulan II 5,5 persen dan triwulan III 5,11 persen.
Meski di atas nasional, tuturnya. tapi tren menurun dibanding tahun 2018. Tahun 2019, pangsa pasar ekonomi Sumut sebesar 23 persen di Sumatera sekaligus terbesar di Sumatera dan sekira 5 persen di lndonesia.
Dia memperkirakan jika terjadi perang AS dengan Iran dan beberapa negara Arab maka ekonomi Indonesia akan ada di kisaran 5,1- 5,2 persen.
Wiwiek menuturkan pada tahun ini penerapan biodiesel 30 (B30) akan memberikan dorongan Sumut sebagai salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia.
Menurutnya konsumsi ini akan terus bertambah kalau Upah Minimum Kota (UMK) meningkat yang disepakati pemerintah 5 persen ditambah adanya bantuan-bantuan lain seperti BPNT akan memberikan konsumsi yang positif. (gusti)