Medan (pewarta.co) – Kamis subuh (26/3/2020), sejumlah grup WA dan media sosial, dibanjiri dengan ucapan belasungkawa.
Parlindungan Sibuea atau yang akrab dipanggil Lindung, salah seorang wartawan berdedikasi di Sumut, meninggal dunia karena sakit yang sudah dideritanya selama berpuluh tahun.
Berikut goretan tangan Riza Fakhrumi Tahir, mantan Wakil Pemred Harian Mimbar Umum yang kini Ketua PDK Kosgoro 1957 Sumut tentang almarhum.
Lindung, Pergilah dengan Kemerdekaanmu :
Awak suka dengan Lindung Sibuea. Orangnya hormat sama senior, santun sesama teman sebaya juga di bawah usianya.
Berita-berita yang ditulisnya selalu dengan perspektif yang berbeda. Itulah jurnalis. Ketika semua media mengangkat berita dengan topik yang sama, tulisan Lindung naik dengan perspektifnya. Bisa tampil beda, karena Lindung seorang jurnalis tanpa beban. Bebannya cuma satu, bagaimana agar beritanya bisa tampil tanpa ada pengaruh siapapun.
Lindung adalah jurnalis yang tidak gila harta dan kekuasaan. Dia adalah jurnalis-aktifis yang merdeka. Jurnalis yang punya empati sesama jurnalis. Pernah satu kali, kala awak ada rezeki, jumpa tak sengaja dan awak titipkan sekedar uang saku untuknya. Ditolaknya dengan sopan.
“Kita samanya, bang. Abang juga perlu uang. Udahlah, bang. Abang simpan aja. Lain kali aja kalau abang sudah jadi kapitalis, aku terima.” Tapi, dia luluh juga. Melihat keikhlasanku, Lindung akhirnya rela menerima pemberianku yg tak seberapa.
Lindung, jurnalis seperti kau, ini bisa dihitung dengan jari tangan di kota kita tercinta. Kau telah menempuh jalan yang kau anggap bisa membahagiakan kau. Harta dan kekuasaan, bagi kau bukan segalanya. Kau tempuh jalan itu, meski aku yakin hinaan, cemooh dan caci maki acap kau terima. Kau sudah memilih menjadi jurnalis-aktifis yang merdeka, hingga akhir hayatmu. Aku yakin, kau bahagia dengan pilihanmu itu.
Aku masih ingat, sebulan lalu kita masih komunikasi. Karena tak sempat kita ngopi sama, kita bicara by phone. Lama aku tak komunikasi denganmu. Kau terasa seperti beberapa tahun lalu ketika kita saling sapa, santun dan empati.
“Selamat jalan Lindung. Pergilah kembali menghadap Penciptamu dengan kemerdekaanmu. Aku bangga punya kawan, punya junior sepertimu… (rel)