Medan (Pewarta.co) – Kehadiran Internet di era milenial, memungkinkan siapa saja untuk menyampaikan informasi. Saat ini semua media harus berkompetisi dengan blogger dan pengguna media sosial. Hal tersebut berlaku juga bagi foto jurnalistik yang menggunakan bahasa visual untuk menyampaikan pesan. Karena, hampir semua orang membawa smartphone dengan fitur kamera canggih.
Jurnalis non fotografer saat ini, siap tak siap, harus mumpuni dalam melaporkan peristiwa baik tulis maupun visual untuk dijadikan berita. Untuk itu, Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumatera Utara (Sumut) menggelar pelatihan foto jurnalistik menggunakan smartphone, Jumat (11/2/2022) lalu. Para pesertanya adalah anggota maupun pengurus dari FJPI Sumut.
Ketua FJPI Sumut, Nurni Sulaiman mengatakan pelatihan ini diselenggarakan untuk para jurnalis agar lebih memahami bagaimana memotret yang baik menggunakan smartphone.
“Pelatihan ini sangat berguna bagi para jurnalis, khususnya anggota FJPI. Sehingga, dalam penyajian berita menjadi lebih komprehensif dengan foto berkualitas walaupun dengan menggunakan smartphone,” kata Nurni, Senin (14/2/2022).
Menurutnya, pada era digital ini seorang pewarta harus multitasking. Selain fotografi, juga akan ada pelatihan teknik pengambilan video untuk memperkuat pondasi jurnalistik anggota. Ini merupakan program reguler FJPI Sumut.
“Sebulan sekali pada minggu kedua akan selalu ada kegiatan dengan topik yang berbeda. Hal ini, selain menambah wawasan, juga ajang silaturahmi sesama anggota FJPI,” ungkap Nurni, yang juga wartawan The Jakarta Post ini.
Pemateri fotografi yang juga Ketua Divisi Diklat dan Litbang FJPI Sumut, Mafa Yulie Ramadhani mengatakan foto jurnalistik adalah penggabungan dua informasi visual dan verbal. Pesan yang disampaikan oleh visual jurnalistik harus jelas, sebab foto jurnalistik adalah foto komunikasi.
“Seperti layaknya seorang fotografer seni, fotografer jurnalistik juga harus mempunyai nilai artistik di dalam fotonya. Agar, foto tersebut mampu ‘menyengat’ perhatian publik,” kata Mafa.
Disebutkannya, tiga jenjang basis menjadi foto jurnalistik yakni pertama Snapshot adalah memulai pemotretan dengan seketika berdasarkan momen atau peristiwa yang menarik.
Kedua Advanced Amateur Photography yaitu mulai menekankan eksperimen kepada suatu karya dengan menggunakan teknik-teknik photography, guna mencapai hasil foto yang berestetika.
Ketiga Art Photography adalah jenjang yang lebih serius dilakukan dalam pemotretan dengan Interpretasi yang luas. Ekspresi subjek terlihat dalam karya foto. Kejelian, improvisasi, kreasi, dan ide atau kepekaan terhadap objek menjadi dasar yang kuat.
“Hal terpenting di dalam karya foto jurnalistik adalah terdapatnya kaidah jurnalistik itu sendiri,” pungkasnya. (gusti)