Medan (Pewarta.co)-Guna meningkatkan pemahaman mengenai dunia keuangan dan perbankan di kalangan jurnalis,
Dewan Pers menggandeng BRI menggelar workshop bertajuk BRI Regional Banking Journalism (Jurnalisme Perbankan). Kegiatan berlangsung satu hari, Jumat (7/10/2022) di Hotel Grand Mercure Medan, dibagi dalam dua sesi, pagi hingga siang dan berlanjut siang hingga sore.
Sebanyak 63 wartawan ekonomi yang medianya terverifikasi Dewan Pers, termasuk Pewarta.co, ikut dalam kegiatan bertema “BRI Media Engagement Jurnalisme Perbankan Di Era Transformasi”.
Kegiatan dibuka Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto itu menampilkan beberapa pembicara yakni Wakil Ketua Dewan Pers Muhammad Agung Dharmajaya, Komisi Hubungan Antar Lembaga Dewan Pers Totok Suprapto, Regional Operation Head BRI Medan Barkah Mulyatno dan Wapemred Kontan Titis Nurdiana.
Selain fokus membahas industri perbankan seperti disampaikan Wapemred Kontan, kegiatan itu juga memberikan pemahaman tentang ilmu jurnalistik.
Wakil Ketua Dewan Pers Muhammad Agung Dharmajaya pada kesempatan itu menyampaikan materi “Engagement Pemberitaan di Era Konvergensi Media”. Menurutnya, berita yang benar itu dalam prosesnya jelas. Dilakukan dari proses mengolah sampai menyajikan sehingga hasilnya benar-benar akurat. Beda dengan informasi yang didapat dari media sosial.
“Informasi bisa salah, bisa bohong. Tapi berita tidak boleh salah,” ujarnya.
Agung melihat saat ini kebanyakan berita ‘bulat -bulat’ dikutip dari pihak humas tanpa mengedit atau bahkan mengkonfirmasi lagi.
“Hampir semua media, khususnya online menyajikan berita dalam bentuk yang sama. Baik isi bahkan lead sekalipun,” ungkapnya.
Ia memperkirakan hal itu dikarenakan keterbatasan waktu yang menuntut kecepatan dalam menyajikan berita bagi media online. Meski demikian, ia juga melihat media cetak pun terkadang masih sama seperti media online dalam menyajikan beritanya, kecuali melakukan investigasi khusus.
Ia mengingatkan wartawan agar berhati-berhati mengutip berita dari medsos, lantaran bisa berpengaruh terhadap akurasi berita yang akan ditayangkan. Agung menyebut, hingga saat ini terdapat
401 kasus pengaduan beragam yang diterima Dewan Pers. Dari jumlah itu selesai ditangani 286 kasus dan dalam proses 115 kasus. Sebanyak 99 persen pengaduan dari media online.
Ia memaparkan, yang sering dilanggar pers dan masuk pengaduan antara lain tidak melakukan kegiatan jurnalistik dan tidak menggunakan credile source (berita harus akurat, tepat dan benar).
Narasumber berikutnya, Komisi Hubungan Antar Lembaga Dewan Pers Totok Suprapto menegaskan tugas Dewan Pers menegakkan martabat.
Menurutnya, modal pers itu profesional dan trust (kepercayaan). Ia berpesan agar wartawan bekerjal secara profesional dan beretika.
Sedangkan Wapemred Kontan Titis Nurdiana mengingatkan, dalam membuat berita perbankan harus dengan data yang akurat.
“Berita tanpa data bisa berakibat bank menjadi rush atau nasabah menarik dananya ramai-ramai dari bank tersebut yang gilirannya ekonomi menjadi terganggu,” ujarnya.
Sementara itu, Regional CEO BRI Medan Budhi Novianto mengakui pers mendukung kinerja perbankan.
“Di tengah gempuran dunia digital yang mengubah gaya hidup, bank juga perlu melakukan inovasi termasuk BRI yang meluncurkan aplikasi digital,” ungkapnya. (gusti)