Tobasa (Pewarta.co)-Sektor pariwisata berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru di Indonesia.
Sebab, Indonesia tidak bisa lagi menggantungkan pada ekspor komoditas, terutama yang memberikan nilai tambah yang rendah, ditengah perbaikan ekonomi global yang masih lambat.
Oleh sebab itu, pariwisata menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru.
“Sektor pariwisata memiliki keterkaitan antar sektor yang kuat sehingga pengembangan sektor ini memberikan dampak yang besar dan cepat, termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja,” ungkap Pjs Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut Hilman Tisnawan, pada penandatanganan kerjasama pengembangan ekonomi di kawasan Danau Toba, Jumat (16/11/2018) di Desa Sigapiton Kec.Ajibata Kabupaten Toba Samosir.
Penandatangan kerjasama itu dilakukan Bank Indonesia yang diwakili Pjs Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumut Hilman Tisnawan, Kepala Regional I Suhaedi, Sekda Provsu R. Sabrina.
Sedangkan dari Pemerintah Kabupaten Toba Samosir Wakil Bupati Tobasa Hulman Sitorus, Arie Prasetyo, Direktur Utama Badan Pengelola Otoritas Danau Toba (BPODT).
Hadir juga disitu pimpinan Departemen Kantor Pusat Bank Indonesia, kepala Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar dan Sibolga, Direktur PT Hagatekno Mediata Indonesia, Mahendra Tiapta Sitepu.
Hilman menyebutkan, pariwisata menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru lantaran tren masyarakat yang saat ini memilih berwisata dan berbelanja.
Didukung Penetrasi Teknologi
Hal itu menurutnya karena didukung oleh penetrasi teknologi yang cepat serta masuknya era sharing economy dimana akses informasi dan transaksi begitu cepat dan mudah.
Di sisi lain, kata dia, komposisi penduduk usia muda yang mendominasi struktur generasi Indonesia serta pendapatan yang semakin meningkat juga berpeluang mendorong industri pariwisata untuk terus bertumbuh.
Hilman menilai pengembangan pariwisata penting karena dapat meningkatkan sumber penerimaan
negara dan mengurangi potensi devisa keluar.
“Secara sederhana, apabila devisa meningkat maka stabilitas nilai tukar dapat terjaga sehingga pada gilirannya memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan,” sebutnya.
Hilman menuturkan, Bank Indonesia merasa terpanggil untuk berkontribusi nyata mendukung sektor pariwisata ke depan melalui penguatan 3A, yakni Aksesibilitas, Atraksi, dan Amenitas, serta
2 P yaitu Promosi dan Peningkatan Kapasitas Pelaku Usaha.
Dalam hal ini, ungkapnya, wilayah Sumatera Utara diamanahkan untuk berkiprah dalam pengembangan Danau Toba.
Jumlah Kunjungan Wisman ke Sumut 261 Ribu
Dipaparkannya, pada 2017, jumlah kunjungan wisman ke Sumatera Utara mencapai 261 ribu
orang, meningkat 11,8% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Data di tingkat ritel juga menguatkan adanya peningkatan aktivitas wisatawan di Sumatera Utara,
tercermin dari kenaikan transaksi penjualan rupiah oleh Money Changer Berizin di Sumatera Utara dari Rp1,1M pada tahun 2016 menjadi Rp1,3M tahun 2017, meningkat 17% (yoy).
Dalam hal pertumbuhan jumlah wisman, capaian Sumatera Utara lebih baik dibandingkan beberapa destinasi lainnya seperti Mandalika dan Labuan Bajo.
Namun, kata dia, apabila dilihat dari durasi tinggal dan nilai belanja wisman, realisasi Sumatera Utara masih dibawah nasional, yaitu 6,01 hari sementara angka nasional mencapai 8,53
hari.
“Hal ini mengindikasikan perlunya upaya agar wisatawan menjadi lebih betah tinggal di Sumatera Utara,” ujarnya.
Dilihat dari kinerja sektoral, kata Hilman, perkembangan sektor pariwisata di Sumatera Utara, yang
tercermin dari kinerja subsektor akomodasi dan mamin serta subsektor transportasi dan pergudangan, juga menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, yaitu diatas 8%.
Angka itu melebihi kinerja sektor utama (pertanian, perdagangan, industri pengolahan) yang
berada di kisaran 5%. Sejalan dengan hal tersebut, nilai tambah yang dihasilkan oleh kedua subsektor tersebut-pun semakin besar yaitu mencapai Rp33,5T atau 7,5% terhadap total PDRB Sumatera Utara pada 2013 kemudian meningkat menjadi Rp50,6T atau memiliki pangsa 10,4% pada tahun 2017.
“Beberapa capaian tersebut menguatkan fakta bahwa sektor pariwisata berpotensi dikembangkan sebagai sumber pertumbuhan baru,” ucapnya.
Hambatan Pengembangan Destinasi Pariwisata Toba
Diakuinya, meski memiliki potensi yang tinggi, pengembangan destinasi pariwisata toba masih menghadapi berbagai hambatan.
Secara garis besar, kondisi akses, atraksi, dan amenitas KSPN Danau Toba masih perlu dioptimalkan.
“Dari sisi SDM, data kami menunjukkan kita masih dihadapkan dengan permasalahan melek pariwisata. Trip Advisor juga mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki mulai dari pengelolaan lingkungan pariwisata yang belum dilakukan dengan pelayanan standar, masalah
kebersihan yang menjadi perhatian wisatawan, hingga ketersediaan fasilitas umum dan jasa pendukung di area wisata yang dinilai belum memadai. Kami berkomitmen untuk menjadi bagian dalam pengembangan destinasi kawasan pariwisata Toba ke depan,” tuturnya.
Menurutnya, sebagai wujud komitmen tersebut, BI melakukan penandatanganan perjanjian kerjasama Pengembangan Ekonomi di kawasan Danau Toba dengan BPODT. Melengkapi hal tersebut, BI juga melakukan penandatangan perjanjian kerjasama tentang Kerjasama Pengembangan Ekonomi Daerah dengan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir.
Hilman menyebutkan saat ini pihaknya juga sedang mengembangkan berbagai spot atraksi di kawasan Danau Toba, diantaranya adalah Desa Sigapiton yang dikembangkan oleh KPw BI Sumut dan Desa Muara Sibandang yang dikembangkan oleh Kantor Perwakilan BI Sibolga.
Pengembangan spot atraksi dimaksud akan dititikberatkan pada kekuatan lokal setempat serta melibatkan partisipasi aktif warga, seperti Desa Sigapiton dengan basis pertanian dan Desa Muara dengan basis kerajinan ulosnya.
“Ke depan, kami juga berkomitmen menambah pengembangan spot atraksi lainnya di Kabupaten Samosir,” ujarnya.
Selanjutnya, dalam rangka penguatan promosi, BI bekerjasama dengan PT Hagatekno
Mediata Indonesia melaksanakan pelatihan kepada pelaku industri pariwisata khususnya pelaku usaha, blogger, vlogger/influencer serta seluruh pihak terkait agar dapat menciptakan konten kreatif melalui platform digital Toba Smile.
Pelatihan diberikan kepada 400 orang peserta dan dilaksanakan dalam 3 seri yaitu seri yaitu Seri
Tuktuk-Samosir, Seri Balige, dan Seri Kota Medan.
Sedangkan untuk memperkuat layanan sistem pembayaran, BI bekerjasama dengan 4 bank, yaitu Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA agar terus meningkatkan kualitas layanan sistem pembayaran digital di kawasan destinasi pariwisata Toba.
Dipengaruhi Perkembangan Global
Wakil Bupati Tobasa, Hulman Sitorus juga menyadari bahwa ekonomi Sumut sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global.
Dengan ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi, tantangan pengelolaan ekonomi Sumut menjadi tidak mudah.
“Dengan perkembangan tersebut, Sumut perlu melakukan berbagai langkah untuk diversifikasi pertumbuhan ekonomi sehingga ekonomi Sumut menjadi lebih stabil ketika terjadi kejutan di perekonomian dunia,” katanya.
Untuk itu, dia sepakat sektor pariwisata menjadi salah sumber baru pertumbuhan ekonomi Sumut.
“Potensi yang besar ini ada di depan mata, namun rasanya dampak terhadap ekonomi Sumut masih terbatas. Potensi yang besar tersebut dapat kita lihat dari kebijakan pemerintah yang menetapkan Danau Toba sebagai destinasi superprioritas dan membentuk Badan Otorita Danau Toba untuk mengelola dan mengembangkan kawasan Danau Toba,” jelasnya.
Pihaknya berharap permasalahan akses dan konektivitas dapat diatasi sehingga masalah waktu tempuh tidak lagi muncul sebagai alasan utama wisatawan untuk berkunjung ke Danau Toba.
Dia meyakini bila didukung dengan berbagai spot atraksi yang mulai tumbuh, maka jumlah wisatawan juga semakin bertambah dan mendukung atas inisiatif yang dilakukan KPw BI Sumut Provinsi Sumut untuk mengembangkan perekonomian masyarakat Desa Sigapiton. (gusti)