Asahan (Pewarta.co)-Dunia Kesehatan di Kabupaten Asahan menjadi tercoreng akibat viralnya video terkait seorang ibu dan anak yang meninggal dunia saat persalinan di media sosial.
Dalam unggahan di akun facebook milik Yulia Sinaga, tampak dirinya tersebut menyinggung Rumah Sakit Bunda Mulia Kisaran yang dianggap tidak maksimal dalam memberikan pelayanan kepada korban, Ripa Nanda Damanik (24), warga Kecamatan Air Joman, Asahan.
Selain itu juga, dirinya juga menyinggung tindakan pihak rumah sakit yang tidak mengindahkan permintaan dari pihak keluarga untuk melakukan operasi persalinan terhadap korban Ripa.
Saat ditemui, Rindu br Aritonang (55) selaku ibu mertua korban mengakui jika pihak keluarga korban awalnya sudah meminta kepada pihak rumah sakit untuk segera melakukan tindakan operasi terhadap korban.
“Namun, pihak rumah sakit Bunda Mulia Kisaran tersebut tidak mengindahkan/ mengabulkannya dengan alasan proses persalinan korban bisa dilakukan secara normal dan keadaan bayi nya itu juga normal,” ungkap Rindu, Rabu (19/5).
Padahal, lanjut Rindu, permintaan operasi tersebut diajukan pihak keluarga karena kondisi menantu (korban Ripa red) itu terlihat lemas dan dinilai tidak sanggup untuk melakukan persalinan secara normal.
“Aneh kali lah pelayanannya tersebut. Masa iya, kami dari pihak keluarga sudah mengajukan permintaan untuk dilakukannya proses operasi persalinan, namun, pihak rumah sakit tersebut tidak mengindahkan/mengabulkannya. Padahal kondisi menantu saya itu sudah lemas, namun pihak rumah sakit tetap bersikeras untuk dilakukan persalinan secara normal,” jelasnya sembari meneteskan air mata.
Dirinya mengungkapkan, kematian korban Ripa tersebut diakibatkan oleh kelalaian dari pihak Rumah Sakit Bunda Mulia Kisaran.
Terpisah, penanggungjawab RS Bunda Mulia Kisaran, dr Binsar P Sitanggang menyatakan, kematian Ripa Nanda Damanik bersama dengan bayinya tersebut diakibatkan solusio plasenta atau putusnya plasenta dari sang bayi saat berada di dalam kandungan.
“Walaupun korban Ripa Nanda Damanik mengalami solusio plasenta, namun kondisinya saat itu dalam keadaan normal dan bagus, sehingga tidak perlu dilakukan operasi. Dalam hal ini, pihak rumah sakit sudah menjalankan SOP sesuai dengan standar yang telah diatur oleh WHO,” jelasnya.
Dirinya menjelaskan, pihak keluarga korban saat itu sempat memaksa pasien untuk melakukan jalan jongkok.
“Sungguh tidak masuk akal jika ada seseorang yang sedang hamil tua dibuat jalan jongkok sejauh lima meter selama dua jam,” katanya.
Akibat hal itu, lanjut Binsar, perut pasien mengalami kejang dan mengakibatkan solusio plasenta, dimana plasenta terlepas di dalam perut.
“Saat dilakukan pembedahan, dari perut pasien ditemukan memar akibat trauma akan benturan. Akibat trauma tersebut, plasenta menjadi terputus. Perlu diketahui, trauma juga menyebabkan plasenta terputus,” jelasnya.
Binsar menjelaskan, kematian Ripa Nanda Damanik tersebut akibat dirinya mengalami sakit kepala. (Ded)