Medan (Pewarta.co)-Hipertensi atau tekanan darah tinggi terkadang tidak memiliki tanda-tanda atau gejala, dan bisa terjadi pada siapa saja.
Kebanyakan penderitanya tidak menyadari, sehingga berbahaya karena bisa menyebabkan komplikasi kesehatan.
Ketika darah memberi tekanan terlalu besar pada sistem kardiovaskular, dinding pembuluh darah serta otot jantung bisa rusak dan menyebabkan serangan jantung.
Komplikasi lainnya termasuk gagal ginjal dan stroke.
Ini sebabnya hipertensi juga kerap disebut ‘silent killer’.
“Biasanya, serangan jantung dan stroke kerap terjadi di rumah, bukan di rumah sakit atau klinik. Serangannya pun tak bisa diprediksi. Ini pentingnya penderita hipertensi mengubah gaya hidup mereka dan mulai melakukan pemeriksaan tekanan darah di rumah secara teratur,” ungkap Yoshiaki Nishiyabu, Managing Director PT OMRON Healthcare Indonesia.
Dijelaskannya, OMRON Healthcare Indonesia, produsen terdepan di segmen alat tensimeter digital bekerjasama dengan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSH) untuk berkontribusi bagi kesehatan masyarakat dengan merekomendasikan pemeriksaan tekanan darah secara berkala di rumah.
Hal itu merupakan upaya kedua pihak untuk mendukung kerjasama tersebut dalam mengedukasi masyarakat mengenai hipertensi dan pengendaliannya di rumah melalui CERAMAH (Cek Tekanan Darah di Rumah) yang telah diluncurkan tahun lalu.
“Pemantauan tekanan darah di rumah sebagai intervensi utama yang mengurangi risiko terhadap hipertensi,” ujarnya.
Disebutkannya, hipertensi merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Indonesia. Riset dari World Health Organization (2015) menyebutkan bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan di seluruh dunia saat ini berisiko menderita hipertensi.
Menurut Nishiyabu, mengingat cepatnya hipertensi meluas di kalangan masyarakat Indonesia, deteksi awal dan pemantauan secara berkelanjutan sangatlah penting.
“Jika tidak dirawat dan dipantau dengan baik, hipertensi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang mengancam nyawa,” tukasnya.
Untuk itu Nishiyabu mengimbau masyarakat dari semua kelompok umur sadar akan bahaya hipertensi dan pencegahannya, termasuk pemeriksaan tekanan darah sendiri di rumah.
Sebagai solusinya, OMRON Healthcare Indonesia bekerja dengan berbagai organisasi kesehatan menawarkan peralatan kesehatan yang andal dan mudah digunakan untuk membantu pengguna memantau tekanan darah mereka pada batasan yang sehat dan normal.
OMRON Healthcare Indonesia (OHS-ID) juga berkomitmen mengatasi tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia dengan menyediakan alat pemantauan tekanan darah (BP) canggih yang dapat digunakan orang untuk pemantauan tekanan darah di rumah sebagai intervensi utama yang mengurangi risiko terhadap hipertensi.
Nishiyabu mengaku senang bisa bekerjasama dengan InaSH yang membantu mencapai visi dalam kampanye global OMRON bertajuk “Zero Event”.
Tujuannya, mengurangi insiden terjadinya penyakit yang mengancam jiwa disebabkan tekanan darah tinggi, sampai tak ada sama sekali (zero).
“OMRON Healthcare Indonesia terus berkomitmen membantu mewujudkan masyarakat sehat dengan nol kasus serangan jantung, stroke, dan lainnya,” ujarnya.
Dia mengingatkan, masyarakat tidak ditentukan oleh usianya, namun keinginannya untuk hidup lebih sehat dan lebih lama. Melalui inisiatif “Zero Event”, OMRON Healthcare Indonesia secara global menjalin kerja sama dengan pihak-pihak dengan tujuan sama.
Di Indonesia, kata Nishiyabu, OMRON mendukung InaSH dalam menyebarkan pesan-pesan mengenai bahaya hipertensi dan pentingnya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala di rumah.
Menurutnya pemeriksaan tekanan darah secara teratur di rumah terbukti sukses memantau hipertensi, efek pengobatan, mendeteksi hipertensi yang belum terlihat, gejala yang sulit dikenali, serta tetap membuat dokter bisa mengawasi hasil pantauan.
“Data yang dipantau berperan sangat penting untuk memberi informasi ke dokter, yang kemudian dapat memanfaatkannya untuk memberikan pengobatan secara efektif,” kata Nishiyabu.
Ia pun berharap inisiatif “Zero Event” bisa membantu menekan jumlah penderita tekanan darah tinggi dengan menyediakan teknologi canggih dan produknya.
“Komitmen utama kami adalah membantu masyarakat menjalani hidup sehat dengan menyediakan teknologi yang canggih, bermanfaat mudah, akurat dan terjangkau,” pungkasnya.
Perangkat BPM OMRON memang menawarkan harga yang sesuai untuk akurasi, kemudahan penggunaan dan sistem perekaman data yang komprehensif. Alat ini juga telah diuji secara ketat dan divalidasi untuk akurasi klinis, dari European Society of Hypertension (ESH), British Hypertension Society (BHS), Association for the Advancement of Medical Instrumentation, dan telah menerima rekomendasi dabl (dabl Educational Trust).
OMRON berharap orang dengan hipertensi berkurang, berkat teknologi dan produk canggih.
Dr dr Yuda Turana Sp.S, anggota Dewan Pembina InaSH menambahkan, riset yang dilakukan oleh InaSH menunjukkan, 63% pasien hipertensi mengonsumsi obat antihipertensi tanpa pemantauan.
Menurutnya ini menunjukkan, sebagian besar pasien tidak melakukan cek tekanan darah secara teratur dan mandiri di rumahnya.
Padahal, kata dia, banyak studi menunjukkan, CERAMAH memiliki nilai prognostik yang lebih baik dibandingkan hanya pemeriksaan tekanan darah di rumah sakit.
CERAMAH juga, sebutnya, meningkatkan kepatuhan pasien dan mendeteksi keberadaan masked hypertension (hipertensi terselubung) dan whitecoat hypertension (hipertensi jas putih).
“Kampanye CERAMAH diluncurkan pada 2018 sebagai upaya untuk menurunkan prevelansi hipertensi yang saat ini masih tinggi di Indonesia. Terbukti, 1 dari 3 orang Indonesia terkena hipertensi,” ungkapnya.
Sedangkan Ketua Umum InaSH dr Tunggul D Situmorang Sp.PD-KGH, juga menuturkan hipertensi adalah penyebab kesakitan (morbidity) dan kematian (mortality) terbanyak dunia.
“Jumlah orang dengan hipertensi di Indonesia terus meningkat, termasuk generasi milenial,” ujarnya.
Disebutkannya, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi sebesar 34,1% dari populasi usia dewasa dan menjadi penyebab kematian nomor 5 di Indonesia.
Penyakit ini, kata dia, menjadi penyebab utama gagal ginjal yang memaksa pasien harus menjalani cuci darah.
Karena itu menurutnya perlu upaya Gerakan Peduli Hipertensi (GPH) sebagai bagian dari Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) untuk upaya pencegahan.
“Saat ini ada paradigma baru dalam tata kelola hipertensi, yang meliputi diagnosis, klasifikasi, pilihan obat-obatan dan target tekanan darah yang harus dicapai. Hal ini disarikan dari berbagai panduan tentang hipertensi yang ada,” tuturnya.
Ia menambahkan, kini diagnosis hipertensi tidak lagi hanya didasarkan atas pengukuran tekanan darah di rumah sakit atau klinik praktik dokter, yang disebut dengan “Office Blood Pressure”.
Akan tetapi dianjurkan untuk melakukan pengukuran tekanan darah di rumah atau disebut “Out of Office Blood Pressure” di mana CERAMAH (Cek Tekanan Darah di Rumah) termasuk dalam kategori ini.
“Pentingnya cek tekanan darah di rumah karena kerusakan organ vital seperti jantung, syaraf, ginjal, dan pembuluh darah dapat dihindari,” katanya.
dr. Tunggul mengungkapkan, tekanan darah disebut normal apabila pengukuran di rumah di bawah 135/85 mmHg, rerata saat bangun di bawah 135/85 mmHg, rerata saat tidur malam di bawah 120/70 mmHg , rerata 24 jam di bawah 130/80 mmHg. Sedangkan pengukuran di klinik di bawah 140/90 mmHg.
“Ketika terjadi perbedaan diagnosis antara tekanan darah di klinik dan tekanan darah di rumah, maka yang harus diprioritaskan adalah pengukuran tekanan darah di rumah,” sarannya.
Manfaat pemantauan Tekanan Darah di Rumah (HBPM) menurutnya sangat penting untuk pasien hipertensi yang mengandalkan pengukuran akurat untuk memantau kondisi mereka. Selain itu membantu pasien secara proaktif mengetahui kondisi tekanan darah, kemudian menghasilkan penyesuaian diri terhadap gaya hidup dan tekanan darah mereka. (gusti)