Medan (Pewarta.co) – Perayaan Diwali tahun ini membawa makna khusus bagi rakyat India. Pasalnya, Pemerintah India resmi meluncurkan reformasi besar pada sistem Pajak Barang dan Jasa (Goods and Services Tax/GST), yang disebut sebagai GST 2.0.
“Reformasi ini menjadi babak baru dalam perjalanan pajak India setelah sebelumnya menerapkan GST 1.0 pada 2017,” kata Konsul Jenderal India untuk Pulau Sumatera, Ravi Shanker Goel, Jumat (19/9/2025) di Jalan Uskup Agung A Sugiopranoto 19, Medan.
Ia menuturkan GST 2.0 ini diumumkan bertepatan dengan perayaan Diwali dan disebut sebagai hadiah pajak baru untuk rakyat India.
Dijelaskannya, GST 2.0 merupakan kelanjutan dari sistem lama yang menyatukan 17 jenis pajak dan 13 cesses ke dalam satu mekanisme terpadu dengan slogan “Satu Bangsa, Satu Pasar, Satu Pajak.”
Menurutnya, GST 1.0 berhasil memberi manfaat besar bagi dunia usaha dan masyarakat dengan menyederhanakan kepatuhan pajak. Namun, sistem itu masih menghadapi tantangan karena adanya beberapa lapisan tarif yang membuat penerapan di lapangan tidak selalu sederhana.
Pemerintah India kemudian menghadirkan GST 2.0 dengan visi reformasi generasi baru. Perdana Menteri Narendra Modi menegaskan bahwa kebijakan ini akan meringankan beban pajak rakyat sekaligus memberi manfaat bagi petani, UMKM, pemuda, perempuan, serta keluarga kelas menengah.
Perubahan paling signifikan adalah penyederhanaan tarif pajak menjadi dua lapisan saja, yakni 5 persen dan 18 persen. Barang kebutuhan pokok, obat-obatan penting, hingga mesin pertanian kini mendapat keringanan besar, bahkan ada yang dikenakan tarif nol persen. Sementara barang mewah dan produk dengan dampak negatif tetap dikenakan tarif tinggi 40 persen.
Menteri Keuangan India, Nirmala Sitharaman, menyebut kebijakan ini akan menyuntikkan sekitar Rs 2 lakh crore ke dalam perekonomian.
Ia mengatakan, 99 persen barang yang sebelumnya dikenakan tarif 12 persen kini turun menjadi 5 persen, sehingga masyarakat akan lebih leluasa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut Ravi Shanker Goel, GST 2.0 akan mendorong konsumsi masyarakat, memperkuat arus kas bagi UMKM, serta mendukung penerimaan negara bagian.
“Reformasi ini menjadi bukti komitmen India untuk menghadirkan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” ujarnya.
Selain memberi manfaat langsung bagi konsumen, reformasi ini juga diharapkan menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan investasi, dan memperkuat sektor manufaktur. Dengan proses pajak yang lebih sederhana dan digital, efisiensi juga akan lebih mudah tercapai.
GST 2.0 dipandang sebagai langkah penting menuju sistem perpajakan modern yang adil dan progresif. Melalui kebijakan ini, India berupaya menyeimbangkan kepentingan masyarakat, dunia usaha, dan negara, sekaligus memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Menurut Ravi Shanker Goel, perubahan besar dalam sistem pajak ini bukan hanya soal angka, melainkan cermin dari komitmen India untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif.
“GST 2.0 diharapkan memudahkan dunia usaha, mempercepat arus investasi, meningkatkan ekspor, sekaligus membawa manfaat nyata bagi masyarakat dari semua lapisan,” ungkapnya.
Dengan reformasi ini, India optimistis bisa menjaga keseimbangan antara penerimaan negara dan pemerataan kesejahteraan sosial, sekaligus menatap masa depan ekonomi yang lebih kuat dan berkeadilan.(gusti)