Pekanbaru (Pewarta.co)-Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau (Ketum DPH LAMR) Provinsi Riau, Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, menjadi narasumber dalam pelestarian Bhineka Tunggal Ika, yang ditaja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Riau, Selasa lalu. Selain itu, ada Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Riau, H Auni M Noor.
Dalam pemaparannya, Datuk Seri Taufik mengatakan bahwa Melayu Riau tidak ada masalah dengan Bhineka Tunggal Ika.
Dari namanya saja, Melayu merujuk pada sifat tidak menyombongkan diri, bukan kepada darah yang mengalir dalam tubuh seseorang.
Hal ini dipertegas pula dalam tunjuk ajar Melayu yang meletakkan persatuan di tengah perbedaan menjadi kepribadian Melayu.
“Tapi itu bukan berarti semuanya berjalan serba lancar, justru jika terjadi suatu kejanggalan, dapat kembali merajut kebesamaan dalam suatu tekad untuk maju bersama-sama secara lebih intim,” kata Taufik seraya mengutip ungkapan adat: Ketuku batang ketakal, kedua si padi mayang, sesuku kita seasal, senenek kita semoyang.
Begitu juga dipandang dari sejarah peradaban Melayu itu sendiri. Sudah lama, kawasan ini berada di tempat yang terbuka dengan membuka diri bagi segala sesuatu dari luar untuk diolah sedimikoan rupa menjadi Melayu.
“Dasar nilainya memang tradisi dan Islam dengan mengutamakan Islam, sehingga tradisi harus ditinggalkan jika bertentangan dengan Islam,” katanya.
Meskipun demikian, Melayu dapat menerima perbedaan termasuk dalam hal agama karena iman seorang Islam pun menuntut untuk menghormati sesama manusia.
“Apa tanda Melayu beriman, sesama manusia ia berkawan,” tambah Taufik.
Sementara itu, Ketua FPK Riau Auni M Noor mengatakan perbedaan itu indah, berbeda itu wajar dan menjadi tak sama adalah hak.
“Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis dan budaya. Sehingga memungkinkan adanya perpecahan. Untuk menyiasati agar tidak terjadi hal ini seluruh masyarakat untuk memupuk komitmen dalam keberagaman. Komitmen persatuan Indonesia yaitu semboyan Bhineka
Tunggal Ika,” katanya.
Kegiatan ini diikuti puluhan peserta dari Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Provinsi Riau, Perwakilan pemuda dan Perwakilan pemuda Pancasila. Ikut hadir Kepala Bakesbangpol Provinsi Riau, Jenri Salmon Ginting, Sekretaris Bakesbangpol H Achirunnas, Kabid Idiologi dan Wawasan Kebangsaan, Sri Perti Haryanti.
Sementara itu, Ketua FPK Riau Auni M Noor mengatakan perbedaan itu indah, berbeda itu wajar dan menjadi tak sama adalah hak.
“Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak etnis dan budaya. Sehingga memungkinkan adanya perpecahan. Untuk menyiasati agar tidak terjadi hal ini seluruh masyarakat untuk memupuk komitmen dalam keberagaman. Komitmen persatuan Indonesia yaitu semboyan Bhineka Tunggal Ika,” katanya.
Kegiatan ini diikuti puluhan peserta dari Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Provinsi Riau, Perwakilan pemuda dan Perwakilan pemuda Pancasila. Ikut hadir Kepala Bakesbangpol Provinsi Riau, Jenri Salmon Ginting, Sekretaris Bakesbangpol Achirunnas, Kabid Idiologi dan Wawasan Kebangsaan, Sri Perti Haryanti. (red)