Samosir (pewarta.co) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini data perekonomian domestik terkini masih menunjukkan pemulihan yang terus berlanjut. Namun demikian, downside risks (risiko sisi bawah) masih perlu dicermati ke depan.
“Pemulihan ekonomi domestik berlanjut, tetapi cenderung terbatas sehingga downside risk pada 2025 mendatang perlu diwaspadai,” ungkap Direktur Stabilitas
Sistem Keuangan pada Departemen Surveillance dan Kebijakan Sektor Jasa
Keuangan Terintegrasi, Bayu Dwi Kariastanto.
Bayu memaparkan Outlook Ekonomi 2025 pada acara ‘Sinergi OJK dan Media Partner Membangun Perekonomian Sumut’ di Samosir, Selasa (19/11/2024).
Acara digelar OJK Provinsi Sumut di Marianna Resort Samosir berlangsung selama dua hari, Senin – Selasa (18-19/2024) dibuka Kepala OJK Provinsi Sumatera Utara Khoirul Muttaqien. Pesertanya wartawan ekonomi yang sehari-hari meliput di Kantor OJK Provinsi Sumut.
Bayu menyebut tekanan inflasi global telah dapat diatasi, namun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan masih stagnan di level rendah, bahkan cenderung bias ke bawah.
Dia menuturkan, perdagangan global diperkirakan membaik. Namun, perlu dicermati dampak penurunan permintaan Tiongkok dan normalisasi harga komoditas.
“Defisit current account diperkirakan berlanjut di sekitar 1% PDB,” ucapnya.
Sementara itu, imbuhnya, kebijakan moneter lebih akomodatif dan kinerja sektor keuangan diprediksi akan meningkat seiring peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Bayu juga mengungkapkan, likuiditas di pasar meningkat seiring ekspansi likuiditas global. Namun, kata Bayu, perkembangan pasar akan sangat dipengaruhi oleh faktor global, serta program pemerintah dan bagaimana rencana pembiayaannya.
Dia menyebut ada beberapa upaya pemerintah yang dilakukan dalam menghadapi kondisi tersebut. Bayu juga menuturkan, program pemerintah baru perlu support sektor keuangan, antara lain ketahanan pangan, pembangunan 3 juta rumah, dan SBN Issurance.
“Tahun depan butuh Rp133 triliun dengan rencana defisit APBN sebesar 2,53 persen,” ujarnya.
Bayu menyebut budget deficit dijaga rendah. Asumsi makroekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 masih sejalan dengan kinerja perekonomian terkini tahun 2024.
“Defisit APBN terjaga pada angka 2,5 persen PDB, dengan pertumbuhan pendapatan diperkirakan sebesar 8 persen,” ucapnya
Dilansir dari situs OJK, downside risk adalah risiko yang berdampak negatif terhadap pencapaian suatu tujuan. OJK menilai bahwa ada beberapa downside risk yang perlu dihadapi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional, di antaranya; tekanan terhadap current account defisit (CAD) nasional, dampak normalisasi kebijakan moneter negara maju, perkembangan geopolitik di beberapa kawasan, pelemahan ekonomi beberapa negara emerging market.
Untuk memitigasi downside risk, OJK mengambil langkah-langkah proaktif, seperti; menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, meminta pelaku sektor jasa keuangan untuk memonitor risiko penurunan secara berkala.
Acara Sinergi OJK dan Media Partner Membangun Perekonomian Sumut dihadiri Direktur Pengawasan PUJK, Edukasi, Pelindungan Konsumen, dan Layanan Manajemen Strategis OJK Sumut Yusri, dan Pengawas Senior Deputi Direktur Pengawasan LJK 1 OJK Sumut Togi Hendrik Siagian.
Selain itu, Deputi Direktur Pengawasan Perilaku PUJK (Pelaku Usaha Jasa Keuangan), Edukasi & Pelindungan Konsumen OJK Sumut Yovvi Sukandar juga hadir dan tampil menyampaikan materi terkait tantangan keamanan penggunaan layanan/produk keuangan di era digital. (gusti/red)