Medan (pewarta.co) – Galeri Pesona Wastra Wirausaha Unggulan Bank Indonesia memajang beragam produk UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang unik dan elegan.
Produk-produk Warisan Nusantara (Wastra) UMKM binaan BI Sumut itu hadir dalam Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2024 di pelataran halaman Istana Maimun Rabu (3/7/2024).
Di galeri itu, terdapat produk 20 perajin binaan BI Sumut.
“Di kelompok Wastra ini, kami ada 20 perajin yang menampilkan produk berbeda,” sebut Fadila Zuhri Purba, 23, perajin sulaman “Adah Model” di kain Wastra.
Produk Adah Model, kata Fadila, bisa juga dilihat di pameran KKSU Deli Park yang berlangsung sampai Minggu, 7 Juli 2024.
Fadila menuturkan, untuk pameran KKSU kali ini dia menampilkan sulaman tangan di kain Wastra berupa batik, ulos atau lain lainnya yang merupakan peninggalan nusantara. Menurutnya, kain-kain etnik Sumut seperti ulos dan batik cukup banyak untuk dibuat lagi menjadi lebih unik dan cantik.
Untuk desainnya, dia mengaku buat sendiri dan menyulam sendiri dengan tangan, tanpa mesin. Dia mulai usaha kala itu ikut mamanya yang menangani pakaian untuk acara pesta pernikahan (wedding).
“Karena banyak permintaan di wedding, maka mama saya khusus menangani pakaian wedding. Sedangkan saya sendiri khusus menangani fashion busana pesta dan wisuda,” katanya.
Bakatnya itu selain dari ibunya, dia juga menyenangi fashion. Dia pun masuk SMK dan kini kuliah di Pendidikan Tata Busana, Unimed.
“Sekarang kita angkat busana Wastra yang memang perlu dilestarikan dengan modifikasi sulaman. Untuk desain dan motif saya sendiri yang merancangnya. Setelah dipasarkan ternyata respon pembeli positif,” katanya.
Menurutnya, setelah menjadi binaan BI Sumut, banyak keuntungan yang diraihnya. Sehingga produk Adah Mode makin banyak diminati.
Fadila juga memiliki toko sendiri “Dila by Adah Mode” di Jalan Dorowati nomor 16 A Medan.
Sedangkan perajin lainnya yang ada di galeri itu,
Sri Dewi Yana memproduksi tas kraft berbahan Wastra juga.
Sri membuat tas sendiri dari kain goni, tenun songket, ulos dan bahan Wastra lainnya. Disebutkannya, dari tas berbahan goni ini, paling banyak peminatnya karena unik.
“Sekarang sudah keluar Medan kayak Samosir, Simalungun atau di tujuh kabupaten di Sumut yang berdekatan dengan Danau Toba,” kata Sri.
Untuk desain, sebutnya, dibuatnya sendiri, termasuk juga menjahit sendiri secara detail tas tersebut.
Setelah mendapatkan binaan dari Bank Indonesia, Sri mengaku omsetnya meningkat. Dikatakannya,
BI memberikan ilmu tentang penjualan di media sosial. Juga ilmu tentang modifikasi pencampuran warna dengan produk lainnya.
Sebelum dibina BI omsetnya hanya Rp50-an juta per bulan. Kini setelah jadi binaan BI omsetnya lebih Rp100 jutaan per bulan.
Kalau dulu dia sendiri yang mengerjakan, Sri kini memakai tiga orang perajin karena kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar.
“BI juga memasukkan produk kami ke Medsos di Jakarta sehingga kami makin terkenal. Dengan begitu tentu kami lebih meningkatkan kualitas produk kami buat bisa masuk pasar luar negeri,” pungkasnya.
Sri juga membuka galeri menjual produk wastranya di Jalan Pelajar nomor 52 Medan, dan operasional menjahitnya sendiri di daerah Tembung. (gusti/red)