Medan (Pewarta.co) – Ajang Karya Kreatif Sumatera Utara (KKSU) 2025 kembali menjadi etalase prestasi UMKM Sumut. Salah satu bintangnya adalah Puri Food and Healthy, usaha milik Putri Nasution, yang berhasil mengangkat gula aren cair lokal hingga menembus pasar ekspor.
Mengusung tema “Merajut Inovasi Lokal: UMKM yang Inklusif, Berkelanjutan, dan Berdaya Saing”, KKSU 2025 membuka ruang luas bagi pelaku UMKM untuk naik kelas. Bagi Putri, keterlibatannya dalam gelaran ini menjadi batu loncatan penting dalam memperluas jaringan, termasuk ke pasar internasional.
Usaha yang dirintis pada 2021 ini lahir di tengah pandemi. Ketika banyak usaha berguguran, Putri justru berani melangkah dengan menggali potensi lokal yang selama ini luput dari sorotan. Bermodal kemasan sederhana dan semangat pantang menyerah, ia memasarkan produknya sembari mengikuti berbagai pelatihan dan pendampingan dari Pemko Medan.
“Awalnya kemasan kami sangat sederhana, belum layak tampil. Tapi saya tetap berani promosi. Dari situ, pelan-pelan produk mulai diterima pasar,” ungkap Putri, Senin (21/7/2025).
Kini, produk gula aren cair dari Puri Food and Healthy telah hadir di berbagai kota seperti Medan, Banda Aceh, Pekanbaru, dan Tebing Tinggi. Sejak 2022, produk ini merambah Malaysia, disusul Belanda pada 2023.
“Pertama kali kirim 100 pcs ke Malaysia, beli putus. Tapi kemudian berlanjut jadi mitra tetap. Sekarang kami sudah punya MoU dengan kontrak rutin minimal 500 pcs per bulan,” terang Putri.
Produk tersebut kini bisa ditemukan di Johor Bahru, Kuala Lumpur, dan Pulau Pinang. Meski pasar Belanda masih kecil, namun permintaannya berkelanjutan.
Perjalanan ekspor Putri juga diperkuat melalui pendampingan dari Bank Indonesia. Sejak 2024, ia aktif mengikuti program-program penguatan UMKM, termasuk Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA) dan Akademi Muda Ekspor (Ame).
“Dari Ame, kami dibantu menemukan buyer. Insya Allah, tahun ini saya ikut Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta untuk sesi business matching,” ujarnya penuh semangat.
Strateginya sederhana: fokus pada satu produk unggulan. Proses produksinya pun tetap tradisional, menggunakan kompor dan wajan biasa, namun dengan kontrol mutu ketat.
“Kami percaya, hilirisasi tak harus pabrikasi. Yang penting konsistensi dan pengawasan kualitas,” ucapnya.
Bahan baku gula aren berasal dari Kecamatan Setabat, Kabupaten Langkat, hasil kerja sama dengan sekitar 300 petani binaan. Wilayah ini bahkan baru-baru ini ditetapkan sebagai Desa Devisa.
Tak berhenti di situ, Putri juga menjajaki kolaborasi riset dengan Universitas Sumatera Utara (USU) untuk mengembangkan varian gula aren cair yang aman dikonsumsi penderita diabetes, merespons permintaan dari pasar Jepang.
“Air nira kami sudah bersertifikat dan aman untuk diabetes. Tapi kami butuh riset lanjut dari dunia kampus, karena kadar gula dipengaruhi jenis pohon dan tanah. Itulah kenapa kami libatkan akademisi,” jelasnya.
Sebagai anggota aktif Forum Komunikasi Muslimah Indonesia (FKMI) dan Koordinator Enterpreneur Muslimah (Emah), Putri juga menekankan pentingnya kekuatan komunitas.
“Dukungan dari komunitas, terutama Bu Revita sebagai Ketua FKMI, sangat besar. Di sini kami saling menguatkan, berbagi informasi, dan memperluas jejaring,” tambahnya.
Kini, Putri bukan sekadar pelaku UMKM. Ia telah menjelma menjadi inspirasi perempuan tangguh yang mengangkat potensi lokal ke panggung global, membuktikan bahwa dari dapur sederhana pun, produk berkualitas bisa menjelajah dunia. (gusti/red)