Pekanbaru (Pewarta.co)-Pahlawan di masa lalu adalah mereka yang mengangkat senjata dan berperang mengusir penjajah.
Namun, nilai-nilai kepahlawanan tersebut masih terus relevan terutama dengan beragam tantangan yang muncul setelah pandemi Covid-19 melanda.
Sosok pejuang ekonomi di masa pandemi tersebut, diantaranya dapat ditemukan di sebuah desa yang berada persis di bibir Sungai Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Sebuah kampung yang penuh dengan riuh rendah suara baja ditempa palu raksasa. Suara logam berdentang berikut percikan api berpendar dari lempengan baja merah yang tak kuasa harus melemah kala ditempa melawan kerasnya palu raksasa.
Suara tempaan itu saling bersahut-sahutan ketika sejumlah lelaki bertangan kekar dengan sabar membentuk baja keras menjadi alat panen perkebunan.
Abbas, lelaki 77 tahun, salah satu di tengah mereka.
Abbas tak bergeming meski harus dikelilingi panasnya bara dan percikan api yang melenting.
Sesekali dia menyeka butiran keringat yang membasahi lembah-lembah tajam di keningnya.
Abbas adalah salah satu pandai besi paling senior di Desa Teratak, Kecamatan Rumbio Jaya, Kabupaten Kampar.
Abbas layak disebut sebagai ‘pahlawan’ karena dedikasi dan semangatnya menularkan ilmu pandai besi di kampung itu.
Kini, Abbas menjadi pandai besi paling senior di kampung yang dihuni 250 pandai besi di sana.
Kiprahnya begitu lama. Sejak Sekolah Rakyat (setara Sekolah Dasar), dia telah menasbihkan dirinya sebagai pandai besi, sekitar 1960-an silam.
Abbas saat ini menjadi kepala tukang. Jabatan setingkat lebih tinggi dari pandai besi yang bernaung di bawah kelompok industri kecil menengah (IKM) Rumbio Jaya Steel, Kampar.
Meski berusia senja, Abbas tak mengeluh dengan pekerjaannya yang menguras tenaga.
Dia justru bersyukur usaha pandai besi yang berjalan puluhan tahun dan diwariskan turun temurun masih berjalan di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
Bahkan berkat kerja keras dia dan ratusan pandai besi lainnya, ekonomi kampung yang mayoritas mengandalkan dari tukang pukul baja itu terus terjaga.
“Alhamdulillah ekonomi di kampung kami ini masih terus berjalan dengan baik meski saat ini tengah pandemi,” kata kakek yang telah memiliki 13 cucu itu.
Rumbio Jaya Steel atau RJS merupakan kelompok IKM yang khusus memproduksi alat-alat pertanian, terutama perkebunan sawit. Perjuangan Abbas tak sendiri.
Ada sosok sentral lainnya, Syarial (40), ketua produksi IKM RJS.
Senada dengan Abbas, dia mengatakan usaha pandai besi itu sejatinya telah ada sejak 60 tahun silam.
Meski telah lama berdiri, Syarial menuturkan baru setahun terakhir mereka membentuk kelompok IKM.
Sebelumnya, para pandai besi hanya beraksi di masing-masing rumah mereka.
Hingga akhirnya, kampung itu dijuluki Kampung Pandai Besi.
“Ada tiga desa yang mayoritas masyarakatnya menjadi pandai besi. Selain Desa Teratak, ada juga Desa Simpang Petai dan Pulau Payung. Seluruhnya berada di Kecamatan Rumbio Jaya,” urainya.
Selama ini, mereka memasarkan sendiri produk hasil pandai besinya.
Bahkan, mereka pernah mengirim hingga ke Kalimantan, Aceh, dan beberapa provinsi lainnya di Sumatra. Namun, pesanan tersebut tak menentu.
Namun, di awal 2020, IKM RJS dilirik PT Perkebunan Nusantara V, perusahaan milik negara yang bergerak di bidang agroindustri perkebunan sawit dan karet dengan luas areal mencapai 78.000 hektare tersebut sepakat membeli alat-alat panen sawit dan karet senilai lebih dari Rp1,6 miliar.
Kesepakatan tersebut ditandai dengan kontrak pertama yang dilaksanakan pada Februari 2020 lalu, atau sebulan sebelum Indonesia resmi menjadi salah satu yang terdampak pandemi.
Kontrak pertama itu menjadi titik balik IKM RJS.
Mereka kini terus berkembang saat sebagian besar dunia usaha diselimuti kebimbangan.
“PTPN V sangat membantu karena pesannya awal pandemi. Banyak orderan, kami jadi tertolong,” timpal Desrico Apriyus, Kepala Pemasaran RJS.
Dia mengatakan saat ini seluruh pandai besi di kampung itu, termasuk yang bekerja di sentra IKM RSJ tengah mengerjakan pesanan miliaran rupiah itu.
Alhasil, warga di sana pun mendapatkan pendapatan tetap hingga lebih Rp 6 juta perbulan.
Angka itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di desa yang berlokasi persis di bibir Sungai Kampar tersebut.
Desrico mengatakan, selain membawa dampak langsung ke pendapatan warga, ternyata PTPN V juga turut mengangkat citra RJS.
Desrico yang merupakan satu-satunya pengurus bergelar sarjana ekonomi itu mengatakan PTPN V tidak hanya sekedar membeli peralatan.
Namun juga turut membantu mempromosikan produk-produk RJS hingga tingkat nasional.
“Di awal tahun ini, PTPN V mempromosikan langsung produk kami di depan Menteri Ketenagakerjaan, Ibu Ida Fauziah saat peringatan Bulan K3 di Pekanbaru. Lalu, belum lama ini kami juga diundang langsung untuk memperkenalkan produk kami di depan Ketua DPD RI Bapak La Nyalla Mattalitti,” urainya.
Selain itu, Rico mengatakan PTPN V juga kerap memfasilitasi RJS untuk ikut dalam kegiatan pelatihan dan pameran.
Dukungan itu membuat RJS semakin dikenal bahkan kini mulai kebanjiran pesanan.
“Nama kami jadi dikenal dan sekarang ada lima perusahaan perkebunan lainnya yang juga telah memesan,” kata dia.
Selain penjualan secara langsung, RJS juga menjual produk hasil tani mereka melalui daring.
Langkah itu ditempuh sebagai bagian untuk mendorong usaha itu sentra pengrajin besi di desa tersebut berkembang sesuai kebutuhan zaman.
Masandri, bapak dua anak yang juga memiliki keturunan bakat pengrajin besi dari kakeknya tersebut mengatakan saat ini pikirannya lebih tenang dengan dibentuknya IKM RJS. Terlebih, pesanan PTPN V telah menjamin pendapatan masyarakat setempat yang 70 persennya mencari nafkah sebagai pandai besi.
“Saya sangat bersyukur dapur tetap ngepul. Kebutuhan masih tercukupi. Saya berterimakasih kepada PTPN V karena telah mempercayakan pengadaan alat panen ini kepada kami,” kata Masandri yang juga kepala tukang dan memiliki lima anggota tersebut.
Di tempat terpisah, CEO PTPN V Jatmiko K Santosa, Selasa, menjelaskan bahwa pihaknya mempercayakan Rumbio Jaya Steel sebagai pemasok alat-alat panen tersebut karena kualitas para pandai besi yang mampu memenuhi standar nasional dan ekspektasi Perusahaan.
Selain itu, Jatmiko menyebut hal tersebut juga merupakan wujud komitmen BUMN yang bergerak di sektor perkebunan sawit dan karet ini untuk mendukung program pemerintah agar mendongkrak perekonomian rakyat di tengah pandemi.
“Kami telah melaksanakan kontrak pengadaan senilai Rp1,6 miliar dengan Rumbio Jaya Steel sebagai wujud kehadiran kami untuk terus tumbuh dan mensejahterakan masyarakat,” kata Jatmiko.
Lebih jauh, Jatmiko menjelaskan melalui kemitraan yang dibangun PTPN V telah memberikan multiplayer effect kepada RJS sehingga mereka mendapatkan kepercayaan dari perusahaan perkebunan swasta untuk turut membeli produk lokal.
Jatmiko menuturkan pihaknya akan terus berusaha mendukung RJS, termasuk rencana melibatkan RJS ke dalam dana modal kerja bergulir melalui program kemitraan PTPN V pada 2020 ini.
“Keberadaan PTPN V adalah hadir untuk rakyat, dan kami bersyukur mampu menjalankan amanah negara untuk tumbuh bersama rakyat, bagi kami itulah salah satu jalan meneruskan perjuangan para pahlawan” tutur Jatmiko. (J.Lbs/red)