Banda Aceh (pewarta.co) – Munculnya isu terkait adanya calon walikota Banda Aceh yang menggunakan kelompok dari kalangan waria sebagai tim kreatifnya menjadi sebuah persoalan dan tantangan serius dalam penegakan syariat islam di ibu kota Provinsi Aceh nantinya.
“Bagaimana ingin menegakkan syariat islam dengan baik di Banda Aceh, jika paslon walikota dan wakil walikotanya justru memiliki hubungan khusus dengan kaum waria atau LGBT. Padahal LGBT itu jelas-jelas dilarang di dalam Islam,” tegas aktivis muda Aceh, Muhammad Arhas, Selasa 29 Oktober 2024.
Arhas menjelaskan bahwa Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau yang lebih dikenal dengan LGBT merupakan perilaku menyimpang dari kebiasaan manusia pada umumnya.
“Fenomena perilaku seksual menyimpang ini sebenarnya telah ada sejak zaman Nabi Luth AS. Allah SWT menghukum mereka dengan hukuman yang berat, yaitu dengan memporak-porandakan kota mereka, kemudian dihujani dengan batu panas, sebagai bentuk balasan atas perbuatan mereka. Itu jelas tersurat dalam Al Qur’an LGBT adalah sesuatu yang dilarang keras dalam islam,”ujarnya.
Arhas mengatakan, sangat disayangkan jika calon pemimpin kota Banda Aceh yang menjual pencitraan melalui syariat islam namun secara kenyataannya justru memberdayakan kalangan waria /LGBT untuk suksesi pemenangannya.
“Ini jelas-jelas kontradiktif, tak sesuai antara ucapan yang bermuatan syariat dengan tindakan yang justru tak sesuai dengan syariat,” katanya.
Pihaknya mengajak warga Banda Aceh untuk lebih selektif dalam memilih pemimpin agar tidak terjerumus dalam hal yang dilarang di dalam agama. “Jangan sampai memilih pemimpin yang memiliki hubungan dekat atau berafliasi dengan kaum LGBT, karena ini akan menjadi polemik besar di kemudian hari dalam penegakan syariat islam di Banda Aceh,” jelasnya.
Dia mengaku heran kenapa ada calon Walkot yang justru memberdayakan kalangan dari kaum nabi Luth dalam upaya pemenangannya. “Ini membuktikan cawalkot itu ingin menghalalkan segala cara untuk dapat menjadi Walikota, sehingga kalangan waria atau LGBT pun turut diambil dan diangkut untuk pemenangannya,” cetusnya.
Sebagai seorang Muslim tentunya kita tak ingin daerah kita mendapat musibah hanya karena persoalan LGBT. “Jangan sampai karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Jangan sampai karena ingin berkuasa, kaum waria/LGBT pun diberdayakan sebagai tim sukses nya,” tutupnya. (RIL/red)