Banda Aceh (pewarta.co)- Calon Walikota Banda Aceh Nomor urut 4 Irwan Djohan dan Nomor Urut 1 Illiza Saaduddin Djamal terlihat sangat tandensius bahkan tersulut emosi ketika tampil pada debat kandidat paslon Walikota dan Wakil Walikota Banda Aceh, di Amel Convention Hall, Kamis 31 Oktober 2024.
Jika dilihat sejak awal debat calon walikota nomor 4 Irwan Djohan memang sudah terlihat tersulut emosional. Pertanyaan panelis terkait peredaran narkoba, secara langsung dijawab Irwan Djohan membabi buta dengan melemparkan kesalahan kepada kandidat lainnya tanpa memberikan solusi dalam tanggapannya.
Hal itu kemungkinan ditenggarai oleh pernyataan Illiza sebelumnya agar memilih pemimpin yang coba-coba dalam penyampaian visi-misinya.
Kemudian, disaat menjawab pertanyaan panelis tentang tata ruang kota Irwan Djohan juga terlihat dengan cara yang emosional tanpa adanya solusi kongkret dalam jawabannya.
Calon Walikota Irwan Djohan kembali tersulut emosi tatkala paslon Walikota nomor 1 Illiza Saaduddin Djamal menanyakan tentang konsep bioskop syariah yang dikemukakan oleh paslon nomor 4. Spontan, Irwan Djohan langsung menjustice bahwa bioskop tidak akan ada di Banda Aceh jika Illiza kembali memimpin.
Pernyataan Irwan Djohan itu pula dijawab dengan tandesius oleh Illiza yang menyebutkan bahwa Irwan Djohan berjanji muluk-muluk karena belum pernah menjabat, jika diberi jabatan juga tidak akan mempu mewujudkannya.
Pertanyaan tajam juga sempat dilontarkan oleh Irwan Djohan kepada Cawalkot Zainal Arifin dan Aminullah Usman, namun keduanya menjawab dengan santai sembari memberi penjelasan kongkret.
Sikap tandesius kedua kandidat cawalkot Banda Aceh itu kembali terjadi ketika Cawalkot nomor 4 Irwan Djohan menanyakan persoalan pernyataan persetujuan Illiza saat DPR RI dalam UU Pilkada. Hingga Illiza menilai Irwan Djohan sengaja ingin menjatuhkannya dan kembali menyerang Irwan Djohan bahwa partai nasdem yang mengusung Irwan Djohan tidak peduli Aceh dan tak peduli persoalan revisi UUPA.
Ketua Forum Pemuda Aceh (FPA) Syarbaini menilai, sikap Irwan Djohan yang begitu menggebu-gebu disatu sisi sebagai sikap kritis, namun disisi lain lebih di dominasi oleh hasrat menjatuhkan lawan dalam debat Pilkada, hanya saja Irwan Djohan terlalu awal terpenting secara emosional.
“Jika kita lihat sikap seorang Irwan Djohan dalam debat kandidat bertolak belakang dengan sikapnya 5 tahun terakhir di DPRA yang cenderung diam dan tak kelihatan argumntasinya dalam berbagai rapat maupun sidang parlemen padahal sebagai wakil rakyat tentunya seharusnya lebih vokal, dan ketika ingin jadi walikota seyogyanya bisa lebih sejuk dan tenang,”jelasnya.
Begitupun, kata Syarbaini, dengan sikap emosional yang ditunjukkan Illiza ketika dibanding dengan pertanyaan memukau oleh Irwan Djohan. “Sikap tandesius Illiza dalam menjawab pertanyaan Irwan Djohan justru mengembalikan masyarakat kepada memori masa lalu ketika Illiza memimpin. Yakni peristiwa ketika Illiza memarahi ibu-ibu pedagang yang berjualan hingga larut malam sebagaimana video yang dulunya begitu masif di masyarakat,” ujarnya
Terlepas dari ketidak cocokan atau pertentangan kedua kandidat di lapangan, semestinya kedua paslon seharusnya bisa bersikap lebih tenang dalam berada gagasan visi dan misi.
Syarbaini mengatakan, bahwa saat ini masyarakat Banda Aceh menginginkan pemimpin yang lebih sejuk, tidak mudah emosional dan konsisten dalam mengambil keputusan dalam memimpin Banda Aceh. Sikap ambisius dan berapi-api justru secara psikologis menunjukkan pasangan calon tersebut belum matang untuk menjadi seorang pemimpin.
“Masyarakat Banda Aceh di dominasi masyarakat yang cerdas, tidak perlu teriak-teriak apalagi emosi dalam berargumentasi. Yang diperlukan masyarakat adalah pemimpin yang memiliki gagasan untuk menjawab persoalan masyarakat dan konsisten mengambil kebijakan dalam menjalankan pemerintahan nantinya,” pungkasnya. (red)