Medan (Pewarta.co) – Hidup di era serba cepat dan digital membuat generasi muda semakin sadar pentingnya mengatur keuangan sejak dini. Salah satu cara yang mulai populer adalah berinvestasi di pasar modal. Tak hanya karena potensi imbal hasilnya, tetapi juga karena kini berinvestasi bisa dilakukan dengan mudah, cukup lewat ponsel di genggaman.
Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara, Muhammad Pintor Nasution, menyebut bahwa transformasi digital telah membuka akses yang luas bagi siapa pun untuk menjadi investor. Proses yang dulu rumit, kini dapat dilakukan dalam hitungan menit.
“Kini proses pembukaan rekening efek sangat mudah dan praktis melalui aplikasi digital,” ujarnya, Rabu (17/7/2025).
Pasar modal, jelas Pintor, adalah tempat bertemunya pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (emiten atau perusahaan tercatat). Melalui mekanisme ini, masyarakat bisa membeli instrumen seperti saham dan obligasi, dan ikut menjadi bagian dari pertumbuhan perusahaan.
“Dulu, pasar modal mungkin identik dengan istilah keuangan yang rumit dan angka-angka di layar. Sekarang, semua orang bisa belajar dan ikut berpartisipasi, mulai dari mahasiswa, karyawan, bahkan pelaku usaha kecil,” kata Pintor.
Digitalisasi juga menciptakan ekosistem baru yang lebih inklusif. Berbagai aplikasi investasi hadir tak hanya sebagai sarana transaksi, tapi juga menjadi ruang edukasi. Fitur seperti notifikasi pasar, berita ekonomi, simulasi investasi, hingga tips harian kini tersedia secara gratis. Hal ini menurutnya menjadi pintu masuk bagi generasi muda untuk belajar tentang dunia finansial dengan cara yang lebih ringan dan menyenangkan.
“Pasar modal itu bukan tempat untuk cepat kaya. Tapi kalau kita disiplin, ini bisa jadi kendaraan untuk mencapai tujuan finansial jangka panjang,” tegasnya.
Ia juga menambahkan bahwa berinvestasi tidak harus menunggu mapan. Justru, semakin dini memulai, semakin besar pula manfaat efek compounding yakni bunga berbunga yang terakumulasi dari waktu ke waktu. Pintor pun mendorong agar anak muda menyisihkan sebagian uang jajan atau penghasilan sampingan untuk mulai berinvestasi, meski dengan nominal kecil.
Namun, Pintor juga mengingatkan bahwa seperti halnya kendaraan finansial lainnya, pasar modal memiliki risiko. Fluktuasi harga saham, perubahan suku bunga, hingga dinamika ekonomi global bisa berdampak pada nilai investasi. Karena itu, pemahaman akan risiko dan prinsip diversifikasi menjadi kunci.
“Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Sebar investasi ke berbagai sektor atau jenis aset agar risikonya lebih terkelola,” imbaunya.
Tak hanya menyediakan platform dan informasi, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggencarkan edukasi ke berbagai lapisan masyarakat. Program edukasi difokuskan pada pengenalan produk pasar modal, cara berinvestasi yang aman, hingga literasi keuangan yang lebih luas. Kampus, komunitas muda, bahkan sekolah kini menjadi sasaran utama literasi ini.
Pintor menuturkan, digitalisasi pasar modal telah menciptakan ekosistem baru yakni inklusif, terjangkau, transparan, dan cepat.
“Tidak ada lagi alasan untuk menunda investasi,” ujarnya.
Generasi muda yang melek teknologi dan haus akan kemajuan harus memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan masa depan finansial yang lebih mandiri.
Pintor juga mengingatkan, investasi itu bukan cuma soal cari untung. Tapi bentuk perhatian buat masa depan.
“Setiap lembar saham yang kita beli, setiap reksa dana yang kita simpan, itu langkah kecil menuju impian besar. Punya rumah sendiri, pensiun muda, atau hidup lebih tenang di masa depan,” pungkasnya. (gusti/red)