Medan (Pewarta.co)-Penyakit zoonosis tidak hanya berdampak atau ancaman bagi kesehatan manusia dan hewan, tapi juga akan merugikan sektor ekonomi.
Karenanya, dibutuhkan upaya serius untuk mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah tersebut.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) Dr Ir Hj R Sabrina MSi saat membuka acara simulasi kedaruratan penyakit zoonosis dan komunikasi lintas sektor di Hotel Grand Aston Jalan Putri Hijau Medan, Selasa, (24/7/2018).
“Penyakit zoonosis menjadi ancaman bagi manusia dan hewan. Karena penularannya bisa melalui hewan ke manusia atau sebaliknya. Belajar dari kejadian sebelumnya, bahwa terjadi kejadian yang luar biasa berdampak pada kerugian sektor ekonomi, kesehatan keragaman hayati dan sosial bahkan keamanan,” kata Sabrina.
Disebutkannya, lebih dari 70 persen penyakit infeksi baru di dunia melibatkan hewan ternak dan satwa liar diantaranya zika, ebola, flu burung dan penyakit lainnya, yang menjadi ancaman zoonosis. Yang terbesar adalah flu burung, tahun 2005 menyebabkan kematian ribuan hewan ternak bahkan korban manusia akibat penyakit tersebut.
Untuk itu, kata Sabrina, Pemprovsu sangat mendukung adanya kegiatan antisipasi penyakit zoonosis dengan simulasi komunikasi lintas sektor yang melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup, perwakilan USAID, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Medan, dan Department of Foreign Affair Trade (DFAT) Australia.
“Latihan simulasi ini sangat berguna bagi jajaran aparat pemerintah provinsi dan kabupaten, berikut pemangku kepentingan lain untuk dapat mempraktekan pedoman koordinasi tersebut, sekaligus menyesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing,” sebutnya.
Sementara, Asisten Deputi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, Kemenko PMK Dr Naahli Kelsum mengatakan, dipilihnya Provinsi Sumut sebagai lokasi pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan mengingat pada tahun 2006, Kabupaten Karo menjadi cluster flu burung pertama dan terbesar di Indonesia.
Daerah ini juga memiliki dua Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional Batang Gadis.
“Kedua taman nasional tersebut adalah rumah yang dinaungi keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Provinsi ini juga memiliki posisi yang strategis, karena berada di jalur pelayaran Selat Malaka, sehingga berpeluang menjadi hubungan perdagangan international di kawasan Asia Tengara,” katanya.
Kegiatan ini, katanya lagi, bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana non alam berupa wabah penyakit, khususnya penyakit infeksi emerging dan zoonosis menggunakan buku pedoman koordinasi lintas sektor yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu di Yogyakarta.
Latihan simulasi table-tob ini merupakan simulasi keempat dan terakhir. Simulasi sebelumnya telah dilaksanakan di Bogor, Manado dan Bali pada awal tahun ini.
“Latihan simulasi di Medan melibatkan perwakilan dari seluruh provinsi yang ada di Sumut yakni Aceh, Riau, Riau Kepulauan, Sumut, Sumbar, Jambi , Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung dan Lampung,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Deputi Konsul Kedutaan Besar Amerika Serikat di Medan Jessica Panchatha.
Menurutnya, dukungan pemerintah RI khususnya Pemprovsu menjadi suatu kehormatan bagi negaranya.
“Sebab dengan mengembangkan pedoman koordinasi One Heart yang akan memastikan bahwa mekanisme koordinasi yang dibutuhkan saat terjadinya wabah bersifat transparan dan dapat ditindaklanjuti,”paparya
Indonesia, katanya, salah satu negara yang rentan terhadap ancaman penyakit infeksi emerging (PIE) dan zoonosis, hal ini disebabkan posisi Indonesia yang terletak di wilayah rawan, akibat besarnya jumlah penduduk dan turis yang melakukan perjalanan baik domestik maupun international serta iklim keanekaragaman hayati dan tingginya interaksi antara manusia dan satwa liar. (chl)