Deliserdang (Pewarta.co)-Pembangunan Asrama Tahfidzul Quran Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Lubukpakam dimulai.
Itu ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan asrama yang terletak di Jalan Karya Agung Komplek Tanjung Garbus Satu, Kecamatan Lubukpakam, Kabupaten Deliserdang, Sabtu (21/12/2019).
Diawali doa dan diiringi takbir, peletakan batu pertama di halaman depan sekolah itu dilakukan Kepala MAN 2 Lubuk Pakam bersama Komite, guru, orang tua, juga perwakilan siswa.
“Pembangunan asrama Tahfidzul Quran ini dilakukan karena fasilitas asrama bagi peserta Tahfidzul Quran yang ada selama ini sudah tidak memadai,” kata Kepala MAN 2 Lubuk Pakam, Burhanuddin Harahap.
Diungkapkannya, peserta Tahfidzul Qur’an itu kerap menggunakan laboratorium IPA, dan ruang-ruang kelas dengan cara disekat.
Menurutnya pembangunan asrama Tahfidzul Quran di lingkungan MAN 2 Lubukpakam ini sangat penting, mengingat angkatan Tahfidzul Quran sudah angkatan ke-8. Apalagi jumlah peserta Tahfidzul Quran saat ini terus bertambah.
Disebutkannya, luas bangunan asrama ini nantinya 28 x 10 meter. Itu diperuntukan sebagai asrama di lantai 2 sehingga siswa-siswi sekolah itu bisa lebih nyaman melaksanakan Tahfidzul Quran.
Wakil Ketua Komite Sekolah, Ediyanto mengatakan pihaknya sangat mendukung pembangunan itu. Menurutnya dengan dibangunnya asrama tersebut akan meningkatkan kecintaan siswa terhadap Al-Quran.
“Setiap kegiatan membaca Al-Quran wajib kita dukung, karena di alam barzah nanti hanya dua yang menyelamatkan kita yaitu syafaat nabi dan Al-Quran. Belakangan ini saya lihat umat Islam jauh dari membaca Al-Quran. Baik di rumah bahkan di masjid pun hanya 1 atau 2 orang yang gemar membaca Alquran sehingga dengan adanya Tahfidzul Quran di sini kami sangat bersyukur,” tuturnya.
Edi mengharapkan siswa bisa menjadi seorang penghafal Al-Quran karena nantinya itu akan menjadi mahkota yang dipakaikan kepada orang tua di Yaumil kiamat nanti.
Menurutnya antusias siswa menjadi peserta Tahfidzul Quran sangat tinggi. Ini terlihat dari jumlah peserta yang mencapai 70 orang di setiap angkatan.
“Harapan kita semoga Al-Quran ini bisa membumi di seluruh masyarakat muslim, khususnya di Kabupaten Deliserdang ini bisa menjadi insan yang religius dimasa-masa yang akan datang,” tuturnya.
Sedangkan Wakil Kepala Bidang Kurikulum dan penanggungjawab program intensif Tahfidzul Quran, Wahiddin Purba mengatakan, untuk mewujudkan Kabupaten Deliserdang yang religius, madrasah harus menjadi garis terdepan untuk membentuk, mencetak insan dan generasi yang religius.
Kalau dihitung dari angkatan pertama hingga kedelapan ini, sebutnya, sudah 567 alumni yang ditargetkan 2 juz selama 10 hari. Bahkan para peserta sampai menghafal sampai 3 juz.
“Selama ini yang sangat miris pada program ini adalah penginapan. Karena itu kita mulai gerakan untuk membangun asrama Tahfidzul Quran. Kami berharap kaum muslimin dan donatur dimudahkan rezekinya. Dan kedepannya bukan hanya siswa, namun juga orangtua juga akan kita ajak untuk menghafal Al-Quran,” katanya.
Pembangunan Asrama Tahfidzul Quran ini membuat semua bangga dan sangat senang, termasuk peserta Tahfidzul Quran, Riri Amalia Kelas 12 jurusan MIA.
“Saya sebagai siswa sangat setuju dengan pembangunan asrama itu, karena saya sudah merasakan sendiri program Tahfidzul Quran intensif 10 hari itu. Dengan adanya bangunan asrama itu nantinya kami bisa lebih nyaman sehingga tidak mengganggu kelas lain,” akunya.
Diungkapkannya, dirinya sudah hafal Al-Quran sebanyak 1 juz lebih.
Dengan membaca Alquran di Tahfiz itu menurutnya bisa lebih fokus dan jauh dari godaan-godaan yang membatalkan untuk membaca Al-Quran.
Sementara itu, sebelum kegiatan peletakan batu pertama, kegiatan lainnya yang dilakukan yakni penutupan intensif Tahfidzul Quran dengan peserta 82 orang selama 10 hari.
Kemudian dilanjutkan dengan melaunching evaluasi kejujuran dengan ujian tanpa pengawas.
Program ini dilakukan untuk menguji kejujuran mulai guru, murid, orang tua dan kepala sekolah juga semua komponen yang ada di MAN tersebut.
“MAN 2 Pakam akan berusaha melakukan satu kegiatan tentang kejujuran dengan ujian tanpa pengawas. Indikatornya saat ujian siswa tidak membawa handphone, buku, catatan, dan contekan. Siswa juga tidak boleh bertanya kepada temannya,” pungkasnya. (gusti)