Medan (pewarta.co)– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) meluruskan informasi mengenai wisata halal di Danau Toba. Wisata halal yang dimaksud adalah menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan bagi wisatawan muslim.
Wisata halal bukanlah menghilangkan budaya yang sudah ada di daerah tempat wisata. Hal tersebut perlu dilakukan lantaran banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke Danau Toba.
Apalagi saat ini, wisatawan mancanegara yang paling banyak datang adalah yang berasal dari Malaysia dan sekitarnya. Penduduk negara tetangga itu mayoritas muslim. Untuk itu segala keperluan wisatawan tersebut harus disiapkan.
“Menyiapkan fasilitias adalah salah satu konsep penting dalam pariwisata,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Ria Novida Telaumbanua kepada para wartawan, saat konferensi pers mengenai wisata halal Danau Toba di ruang pers, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro, Nomor 30, Medan, Sabtu (31/8/2019).
Ria menjelaskan, ada 3 elemen penting dalam pariwisata yang dinamakan konsep 3A, yaitu atraksi, aksebilitas, dan amenitas. Untuk elemen pertama yakni atraksi, katanya, Danau Toba sudah memenuhi syarat. Danau Toba memiliki pemandangan, budaya, dan alam yang luar biasa.
Sementara dari Amenitas, menurut Ria, Danau Toba masih perlu dibenahi. Amenitas adalah penyediaan fasilitas pendukung yang diinginkan oleh wisatawan berupa tempat ibadah, rumah makan, tempat peristirahatan dan lain sebagainya.
Untuk itu, semua keperluan pendukung untuk berbagai masyarakat yang datang harus ada. Apalagi Danau Toba sudah dijadikan destinasi utama oleh pemerintah pusat. “Jangan sampai orang yang rencananya datang 3 hari jadi 1 hari,” ujar Ria.
Konsep ke 3 adalah aksesbilitas. Konsep ini berarti Danau Toba harus mudah dicapai. Sarana dan prasarana menuju Danau Toba haruslah memudahkan wisatawan yang akan datang ke sana. Saat ini pemeritah sedang membangun jalan tol Tebing Tinggi – Parapat. Tidak hanya itu, bandara Silangit pun sekarang sedang diperpanjang landasannya guna menampung pesawat yang lebih besar.
“ Jadi, tiga konsep tersebut sangat penting untuk mendatangkan wisatawan ke Danau Toba,” ujar Ria.
Senada dengan Ria, Asisten Administrasi Umum dan Aset Provsu M Fitriyus yang pada kesempatan itu menjadi moderator menyebut penerbangan ke Danau Toba kebanyakan dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Untuk itu fasilitas pendukung wisatawan dari negara tersebut sangat diperlukan. Tidak hanya muslim, fasilitas pendukung seluruh masyarakat harus ada.
Wisata halal bukanlah menghilangkan budaya yang sudah ada di satu tempat wisata. Di negara-negara lain sudah ada yang menyiapkan fasilitas pendukung untuk muslim, misalnya Jepang, Korea Selatan dan lain-lain. Semata dilakukan untuk meningkatkan ceruk pasar pariwisata.
Kata Fitriyus, jika ada budaya yang selama ini belum terekspos, maka tingkatkan lagi. Label halal tidak akan mengganggu budaya yang sudah ada. Halal yang dimaksud adalah menyiapkan sarana dan prasarana terkait hal itu. “Bagaimana mau meningkatkan wisatawan jika tidak ada fasilitas pendukung yang diinginkan wisatawan?” ujarnya.(red)