Keerom (Pewarta.co)-Bersama masyarakat perbatasan Pos Kalipao Satgas Yonif 310/KK mengolah Sagu yang menjadi salah satu makanan pokok bahkan menjadi primadona bagi warga Papua di Kampung Yuwainda Distrik Waris Kabupaten Keerom, Rabu (13/12/2023).
Hal ini diungkapkan oleh Dansatgas Yonif 310/KK Letkol Inf Andrik Fachrizal dalam keterangan tertulisnya secara terpisah di Makotis (Markas Komando Taktis) di Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Dikatakan Dansatgas, Sagu adalah salah satu makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, terlebih bagi yang tinggal di Papua.
Sagu diperoleh dari pengolahan batang pohon jenis palem atau pohon sagu. Selain menjadi makanan pokok, sagu juga dapat dijadikan bahan membuat aneka panganan seperti tepung sagu yang bisa diolah menjadi aneka kue.
“Proses pembuatan sagu dimulai dari penebangan pohon sagu, pohon sagu yang bisa ditebang biasanya berumur 15-20 tahun saat sudah mencapai puncak pertumbuhannya,” ungkap Dansatgas Letkol Inf Andrik Fachrizal.
Lebih lanjut dikatakan, kandungan nutrisi di dalam sagu terdapat karbohidrat dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu sagu juga mengandung protein, vitamin, dan mineral.
Sementara itu, Danpos Kalipao Sersan Mayor Ahmad Mu’minin menambahkan sebelum penebangan, pohon sagu dan area sekitarnya dibersihkan terlebih dahulu untuk tempat jatuhnya batang sagu.
Setelah pohon ditebang, batang sagu kemudian dibersihkan dengan cara dikuliti. Kemudian batang sagu dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, batang sagu yang kecil kemudian dibawa ke tempat pencucian.
Selanjutnya tahap dari batang sagu menjadi tepung yaitu ampas dari peremasan sagu itu bertujuan untuk memisahkan ampas sagu dengan pati dan airnya.
Pati dan air dari sagu diayak dan diendapkan sekitar 3-4 jam. Sagu yang masih basah kemudian diendapkan hingga menghasilkan sagu yang kering.
Sagu kering itu kemudian dijemur di bawah cahaya Matahari sampai benar-benar kering selama 3-4 hari.
“Saat sagu sudah kering, maka itu menjadi tepung sagu yang halus dan siap diproses sesuai kebutuhan. Selain membantu warga, kami pun mendapat ilmu tentang tata cara pegolahan sagu mulai dari tahap penebangan pohon sampai dengan tahap akhir hingga menjadi tepung sagu. Kami belajar langsung kepada ahlinya, karena ilmu olah sagu ini sudah turun temurun mereka wariskan dari generasi ke generasi,” tambah Danpos.
Atas inisiatif Satgas Yonif 310/KK untuk membantu warga dalam mengolah sagu, Robert Pasebo (50) mengungkapkan terima kasihnya.
“Saya kagum kepada bapak-bapak TNI yang sudah datang jauh-jauh hanya untuk membantu kami untuk mengolah sagu. Saya pun tidak ragu untuk memberikan sedikit ilmu kepada mereka,” ujarnya.