Medan (Pewarta.co)-Akademisi sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Sumut), Shohibul Anshor Siregar menyebutkan bahwa sosok Rahudman Harahap Unlimited.
Shohibul Anshor menyematkan istilah itu karena dalam Kerja Sosial (Social Work) dan politik tak mengenal ambang batas, persis seperti yang dilakukan oleh Rahudman Harahap saat ini.
“Tak ada istilah ambang batas. Apalagi pensiun, dalam kerja-kerja sosial dan politik. Orang seperti Rahudman Harahap, yang memiliki pengalaman luas dalam bidang ini, harus terus didorong untuk “menginfakkan” dirinya,” ujar Shohib menjawab sejumlah wartawan ketika dimintai tanggapannya tentang Rahudman Harahap yang merupakan Tokoh Masyarakat Sumut, Selasa, (16/8/2022).
Lebih lanjut Shohib menjelaskan, hal itu, (kerja-kerja sosial dan politik) akan dianggap Rahudman Harahap tak ubahnya sebuah olahraga atau riyadhah.
“Riyadhah orang-orang soleh punya ciri. Antara lain dekat dengan umat dan tak akan pernah diam menyaksikan ketidakberesan urusan publik. Secara genealogis Rahudman dekat dengan kultur Nahdhatul Ulama (NU) yang ditekuninya sejak masa muda di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel). Ia akan beroleh atmosfir yang lebih mendinamisir mata bathin dan seluruh raganya untuk menumpahkan keringat amal di tengah masyarakat,” jelas Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muahammadiyah Sumatera Utara (LHKP-PWMSU) ini.
Ketika misalnyan nanti kita bayangkan Rahudman ini menjadi Ketua NU di Sumatera Utara, ungkap Shohibul, baginya tak ada halangan untuk sekaligus terjun ke dunia politik praktis.
“Para ulama dan pendiri bangsa pun, dahulu, tak mengenal dikhotomi antara urusan keulamaan dan urusan keumaraan. Keduanya sejalan. Ulama atau aktivis organisasi sosial keagamaan tak pernah berhenti mengasah sensitivitas nasionalismenya. Itu pasti,” ungkap Shohibul Anshor.
Karena itu, kata Shohibul, sesiapa yang bertemu dengan Rahudman, tolong sampaikan pesan saya kepada beliau.
“Berkiprahlah dan ukir legacy (warisan) untuk masyarakat, bangsa dan negara,” pungkasnya.Shohibul Anshor Siregar Sebut Rahudman Harahap Unlimited
MEDAN-Akademisi sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Sumut), Shohibul Anshor Siregar menyebutkan bahwa sosok Rahudman Harahap Unlimited.
Shohibul Anshor menyematkan istilah itu karena dalam Kerja Sosial (Social Work) dan politik tak mengenal ambang batas, persis seperti yang dilakukan oleh Rahudman Harahap saat ini.
“Tak ada istilah ambang batas. Apalagi pensiun, dalam kerja-kerja sosial dan politik. Orang seperti Rahudman Harahap, yang memiliki pengalaman luas dalam bidang ini, harus terus didorong untuk “menginfakkan” dirinya,” ujar Shohib menjawab sejumlah wartawan ketika dimintai tanggapannya tentang Rahudman Harahap yang merupakan Tokoh Masyarakat Sumut, Selasa, (16/8/2022).
Lebih lanjut Shohib menjelaskan, hal itu, (kerja-kerja sosial dan politik) akan dianggap Rahudman Harahap tak ubahnya sebuah olahraga atau riyadhah.
“Riyadhah orang-orang soleh punya ciri. Antara lain dekat dengan umat dan tak akan pernah diam menyaksikan ketidakberesan urusan publik. Secara genealogis Rahudman dekat dengan kultur Nahdhatul Ulama (NU) yang ditekuninya sejak masa muda di Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel). Ia akan beroleh atmosfir yang lebih mendinamisir mata bathin dan seluruh raganya untuk menumpahkan keringat amal di tengah masyarakat,” jelas Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muahammadiyah Sumatera Utara (LHKP-PWMSU) ini.
Ketika misalnyan nanti kita bayangkan Rahudman ini menjadi Ketua NU di Sumatera Utara, ungkap Shohibul, baginya tak ada halangan untuk sekaligus terjun ke dunia politik praktis.
“Para ulama dan pendiri bangsa pun, dahulu, tak mengenal dikhotomi antara urusan keulamaan dan urusan keumaraan. Keduanya sejalan. Ulama atau aktivis organisasi sosial keagamaan tak pernah berhenti mengasah sensitivitas nasionalismenya. Itu pasti,” ungkap Shohibul Anshor.
Karena itu, kata Shohibul, sesiapa yang bertemu dengan Rahudman, tolong sampaikan pesan saya kepada beliau.
“Berkiprahlah dan ukir legacy (warisan) untuk masyarakat, bangsa dan negara,” pungkasnya. (rks)