Jakarta (Pewarta.co)-Nasib atlet tenis meja yang tergabung dalam Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI), sepertinya kurang beruntung.
Selain tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam ajang kejuaraan dunia, dan anggaran Sea Games 2019 sebesar Rp1,9 miliar tidak dikucurkan, kali ini atlet tenis meja tidak disertakan dalam daftar vaksinasi.
Ketua Umum PP PTMSI, Komjen Pol (Purn) Oegroseno mengatakan, pihaknya belum mengetahui alasan Kemenpora tidak menyertakan atlet tenis meja dalam daftar suntikan vaksin, 28 Februari 2021 kemarin. Padahal, pada tanggal 23 Februari sebelum vaksinasi, Menpora Zainudin Amali juga melibatkan PP PTMSI dalam virtual meeting, persisnya 5 hari sebelum pelaksanaan vaksinasi tersebut.
“Virtual meeting oleh Menpora Zainudin Amali dihadiri oleh 41 cabang olahraga (Cabor), termasuk PP PTMSI. Sayangnya, tiba di hari pelaksanaan vaksinasi untuk seluruh atlet nasional di Istora Gelora Bung Karno di Jakarta, 28 Februari kemarin, justru atlet tenis meja, official pendukung dan tenaga pendukung, tidak masuk dalam daftar pemberian suntikan vaksin Covid-19. Vaksin ini dibutuhkan karena sudah menyangkut nyawa atlet,” ujar Oegroseno, Jumat, (5/3/2021).
Untuk vaksinasi atlet tenis meja, official maupun pendukung, ungkap mantan Wakapolri tersebut, mendadak dibatalkan.
Ironisnya, Kemenpora sama sekali tidak memberikan penjelasan secara resmi atas pembatalan pemberian suntikan vaksin terhadap atlet nasional tenis meja tersebut.
Hal ini membuat kalangan atlet yang selalu tampil dalam ajang kejuaraan dunia tersebut, menjadi kecil hati.
“PP PTMSI sudah mempertanyakan alasan pembatalan vaksinasi atlet kami ini. Kami mencoba meminta klarifikasi dengan mengirimkan pesan melalui Aplikasi WhatsApp itu kepada pejabat yang berwenang di Kemenpora.
Sampai saat ini, kami belum mendapatkan penjelasan resmi. Kami masih tetap menunggu penjelasan itu. Soalnya, atlet nasional dari cabol lain sudah divaksin. Tinggal atlet tenis meja,” katanya.
Menurutnya, atlet tenis meja juga mempertanyakan kepada PP PTMSI karena tidak masuk dalam daftar vaksinasi.
Oegroseno memberikan alasan karena Kemenpora yang melaksanakan vaksinasi massal tersebut, kemungkinan kekurangan vaksin. Sehingga vaksinasi khusus untuk atlet tenis meja terpaksa dibatalkan.
Kebenaran dari alasan kehabisan vaksin itu sebenarnya belum teruji, masih sekedar isu.
“Oleh karena itu, kami membutuhkan klarifikasi dari Kemenpora tentang pembatalan vaksinasi atlet nasional tenis meja ini. Sebab, mereka (atlet) juga membawa dan mengharumkan nama Indonesia dalam ajang kejuaraan dunia. Banyak prestasi yang sudah berhasil diraih. Baik itu meraih medali emas, perunggu maupun lainnya. Masalah isu dualisme kepengurusan dalam organisasi tenia meja, tidak tepat dijadikan alasan,” jelasnya.
Disebutkan, pada tanggal 25 Februari 2021, PP PTMSI telah mengirim 4 atlet dan 1 manager untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade tingkat dunia di Doha Qatar.
Kemudian, di bulan April 2021, PP PTMSI juga akan mulai melaksanakan program “Aim For The Star 2021” di Jakarta, dan mengikuti beberapa kegiatan kejuaraan dengan menerapkan peotokol kesehatan (Prokes).
“PP PTMSI melakukan ini untuk menjaring atlet potensial dalam menghadapi Sea Games 2021 di Vietnam. Kita juga melakukan ini untuk mendukung instruksi Presiden Joko Widodo, yang mendorong Indonesia harus siap sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Presiden meminta seluruh cabor, termasuk tenis meja untuk menyiapkan atlet yang mampu merebut medali perak atau perunggu di Olimpiade 2032,” katanya.
Menurut Oegroseno, dalam kurun waktu selama 10 tahun ke depan, Indonesia dipastikan mampu melahirkan atlet – atlet tenis meja potensial, yang dapat dikategorikan sekaliber Ma Long, Fan Zhen Dong, Xu Xin, Ding Ning, Chen Meng, Liu Shi Wen, Wang Manyu, Harimoto dan Mima Ito. Ini dapat diwujudkan jika pemerintah memberikan dukungan dan perhatian kepada atlet tenis meja tersebut. (ril)