Medan (pewarta.co) – Hidup sehat dimulai dari perilaku individu dan keluarga melalui gaya hidup sehat. Melalui kegiatan seminar nasional yang digelarnya, Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia merasa berkewajiban untuk mengajak masyarakat bergaya hidup sehat.
“Universitas Sari Mutiara Indonesia berkewajiban memberikan sosialisasi tentang hidup bersih dan sehat,” kata Rektor USM Indonesia Dr Ivan Elisabeth Purba MKes, Minggu (09/12/2018).
Seminar digelar di kampus Jalan Kapten Muslim Medan, Sabtu (08/12/2018) itu dalam rangkaian Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54, Hari Toilet Sedunia, dan Hari AIDS Sedunia.
Ivan menegaskan, mahasiswa USM Indonesia sebagai kampus yang dikenal dengan cerdas berkarakter, bebas asap rokok, narkoba dan sampah, maka mahasiswa harus meresapi 3 hari besar tersebut.
“Tiga hari besar yang perlu kita resapi benar-benar selaku insan kesehatan,” tuturnya.
Hal yang baru dalam peringatan HKN, kata Ivan, ada penilaian toilet bersih di SMA se kota Medan.
Menurutnya dengan adanya perlombaan penilaian toilet bersih, bisa menjadi motivasi bagi sekolah maupun pihak lainnya untuk memperhatikan toiletnya. Sebab, banyak sumber penyakit ada di tempat yang kotor.
Ivan juga berharap semua civitas akademika USM Indonesia merasakan tanggungjawab menjaga kesehatan dimulai dari diri sendiri.
Keynote speaker dalam seminar itu, Kepala Pusat Penelitian Pengembangan (Puslitbang) Upaya Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI Dr dr Vivi Setiawati M. Biomed mengungkapkan tentang fakta penyakit tuberculosis (TBC).
Dijelaskannya, Indonesia adalah negara dengan beban TBC tertinggi ketiga di dunia, setelah India dan China. Beban terbesar dari kerugian TBC diakibatkan kehilangan pekerjaan karena kecacatan dan kematian dini.
“Tuberkulosis ini perlu mendapat perhatian dari lintas sektor. Karena 26 persen penderita TBC kehilangan pekerjaan, akibat sakit dan kematian dini. Pasien TBC MDR yang kehilangan pekerjaan capai 53 persen, beban ini akan menjadi beban negara,” kata Vivi.
Disebutkannya, beban TBC di Indonesia per tahun sebesar Rp24,7 miliar per orang, sedangkan TB Multidrugs resistant (MDR) yaitu Rp5,5 miliar. Dampak kerugian ekonomis akibat penyakit TBC sekitar Rp130,5 milliar/tahun, TB-MDR sebesar Rp6,2 miliar.
Selain TBC, dia juga memaparkan tentang stunting dan HIV AIDS.
Seminar itu juga menghadirkan dua narasumber lainnya, Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Pusat Drs Nurul Falah Eddy Pariang Apt dan Kepala Balai Besar BPOM Medan Drs Yulius Sacramento Tarigan Apt.
Nurul Falah menuturkan tentang praktik kefarmasian dalam upaya menuju hidup sehat melalui penggunaan obat yang tepat.
Sedangkan Yulius Sacramento memaparkan tantangan dan peluang di bidang farmasi dan makanan di era revolusi industri 4.0 dalam rangka menuju hidup sehat dan seimbang.
Sacramento meminta perguruan tinggi, termasuk USM Indonesia mengembangkan kurikulum teknologi yang berkaitan dengan makanan.
Seminar ditutup dengan pengumuman pemenang kegiatan penilaian toilet bersih SMA se kota Medan.
Rangkaian peringatan 3 hari besar di kampus USM Indonesia itu juga dimeriahkan dengan pameran produk kreatifitas farmasi dari mahasiswa, donor darah, kegiatan olahraga dan hiburan seni. (gusti/red)