Medan (Pewarta.co) -Gerakan Patriot Muda Nusa Tenggara Timur (Garda NTT) kembali mendatangi markas besar kepolisian republik Indonesia terkait lambannya proses pengusutan kasus kematian Anselmus Wora 31 Oktober 2019 lalu,Selasa kemarin.
Kali ini mereka memasukan pengaduan ke Inspektorat Pengawasan Umum Kepolisian Negara Republik Indonesia dilengkapi dengan data-data kronologis kematian korban.
Sekjen Garda NTT, Marlin Bato dalam pengantar dialog dengan Itwasum Polri Kombes Pol Sam Yulianus Kawengan meminta mabes polri beri atensi khusus terkait kasus kematian Alm. Ansel Wora sebab semakin lamban proses pengungkapan kasus ini justru makin membuat masyarakat resah karena pelaku pembunuhan masih berkeliaran dan belum ditangkap hingga kini. Hal ini tentu saja membuat masyarakat saling curiga antara satu dengan yang lain.
“Kami minta bapak Itwasum mabes polri memberi atensi khusus. Karena masyarakat mulai resah saling curiga, pelakunya masih berkeliaran oleh karena belum ditangkap,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Garda NTT Yons Ebit mengemukakan pandangan yang sama terkait penanganan proses perkara ASN Ende yang diduga dibunuh sekitar empat bulan lalu. Menurut Ebit, suasana kebatinan masyarakat tidak kondusif. Ebit mengatakan, ada ketakutan publik jika kasus ini tidak segera diselesaikan. Namun demikian, dirinya menegaskan tetap mendukung kerja-kerja aparat kepolisian. Karena itu, ia berharap kasus ini bisa diambil alih mabes polri.
“Kita tahu bahwa suasana sosial dan kebatinan masyarakat di NTT khususnya di Ende. Ada ketakutan publik, jika kasus ini tidak segera diselesaikan, maka ada kemungkinan konfilik-konflik horisontal bisa terjadi. Kita tetap mendukung kerja-kerja polisi. Karena itu kami minta agar kasus ini segera diambil alih mabes polri”, pungkas Ebit.
Ditempat yang sama, Korlap Aksi Garda NTT Kristoforus Nusa mengungkapkan rasa miris sebab kasus ini terlalu berlarut-larut. Bahkan hingga saat ini setelah diambil alih Wadireskrimum polda NTT, Anton Christian Nugroho pun kasus ini tidak ada perkembangan.
“Kami merasa miris dengan proses pengungkapan kasus ini. Sudah ditangani polda NTT tetapi berjalan ditempat meskipun di naik ke tahap penyidikan. Kami, keluarga, dan masyarakat diaspora mulai menganalisa sendiri, ada apa yang terjadi terkait kasus ini”, paparnya.
Respon Itwasum Polri
Itwasum Polri Wilayah V Kombes Pol. Sam Yulianus Kawengan saat mendengar pengaduan Garda NTT langsung merespon cepat dengan menelepon Wadireskrimum Polda NTT Anto Christian Nugroho melalui ponsel pribadinya. Dirinya meminta kasus ini ditangani dengan serius. Kepada Kombes Sam, Wadir Anton menjelaskan dirinya menangani langsung kasus ini.
Dia mengatakan, pengusutan kasus kematian dipastikan tetap berjalan namun perlu ekstra hati-hati sehingga prosesnya agak lamban. Kendati lamban, Wadir Anton berjanji, akan terus mendalami siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan Anselmus Wora.
Dia mengakui, memang tidak mudah mengungkap kasus ini karena berbagai faktor. Menurut dia, kasus ini juga berpotensi adanya saling keterkaitan sehingga proses penyidikan kasus ini beserta otopsi belum bisa dipublikasikan. Kepada Wadireskrimum Anton, Kombes Sam Yulianus meminta agar proses pengungkapan kasus ini dipercepat agar tidak menimbulkan keresahan.
“Saya minta pak Anton yang awasi langsung, jadi saya monitor dari mabes. Jangan ada kesan tidak ditangani loh nanti. Serius ya, tangani ya. Coba orang-orangnya (pihak keluarga) dipanggil dijelaskan baik-baik. Dikasih keyakinan bahwa ini penanganan serius. Biar tidak usah sampai ke mabes sini. Saya disini mengawasi”, tegas Kombes Sam sambil menutup telepon.
Sementara itu, saat mendengarkan pemaparan tim Advokasi Garda NTT dan penjelasan dari Wadir Anton, Kombes Pol. Sam Yulianus mengatakan Garda NTT datang melapor ke orang yang tepat. Karena itu dia berjanji akan terus memonitor kasus ini hingga tuntas.
“Kalian datang di orang yang tepat. Saya akan terus memonitor kasus ini. Jadi ini, dia cuma karena berhati-hati saja. Karena ada berbagai faktor. Kalian dengar sendiri toh.. Tapi saya tetap monitor kasus ini”, imbuhnya.
Mengakhiri pertemuan dengan pihak Garda NTT, Kombes Sam Yulianus mengaku pernah tinggal lama dan paham betul karakter masyarakat NTT. Bahkan tradisi dan kebiasaan masyarakat NTT dia ikuti betul. Sehingga saat dalam pertemuan tersebut dia kerap menggunakan logat Kupang. Beliau menutup pertemuan dengan foto bersama dan cium hidung sebagaimana tradisi masyarakat Sabu Rote di NTT. (AVID/RED)