POLRI adalah ‘urat nadi’ yang menjadi tumpuan dan asa masyarakat dalam mencari keadilan dan rasa aman. Sebagai pelindung, pelayan dan pengayom dan penegakan hukum, polisi memang ‘dipaksa’ menumbuhkan kultur pelayanan prima dan humanis, non arogan tapi tetap tegas.
Medan (pewarta.co) – Di Medan, apakah Polri sudah menjadi pelindung, pelayan dan pengayom
masyarakat (ini menjadi ruh dari Polri)? Mungkin pertanyaan itu masih menggelayuti banyak masyarakat Lantas,’Polisi Medan’ belumlah bisa menjadi pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat seutuhnya lantaran
masih banyak yang mempertanyakannya ?
Mungkin, mencapai ‘puncak’ seutuhnya merupakan tataran ideal yang banyak kesatuan dan akan sulit memenuhinya. Logisnya, usaha keras dalam menata jalan menuju fungsi Polri seutuhnya merupakan sikap yang harus diapresiasi dan perlu mendapat dukungan dari masyarakat.
Hal inilah yang diperlihatkan Polrestabes Medan dan jajaran dibawah komando Kombes Pol Sandi Nugroho SiK, SH, MHum. Dibawah nahkoda lulusan terbaik Akademi Polisi (Akpol) tahun 1995 ini, fungsi pelindung Polri sudah tidak diragukan lagi. Tegas, begitulah dia diklaim warga Medan dalam hal menindak segala jenis kejahatan.
Sejalan dengan arahan Kapolri, Jenderal HM. Tito Karnavian dan Kapoldasu, Irjen Pol Drs. Paulus Waterpauw, perwira melati tiga ini tidak memberi ‘ampun’ bagi pengedar narkoba, begal, premanisme, maupun tindak kejahatan yang berpotensi menjadi ancaman serius bagi stabilitas kota yang sempat menyabet predikat kota paling tidak aman di Indonesia versi Lembaga survei terkemuka, Indonesia Research Center (IRC), yang dirilis bulan Agustus 2016 lalu.
Tapi ada fenomena menarik yang terjadi di Polrestabes Medan dipimpin Kombes Pol Sandi Nugroho, sejak 8 Desember 2016 silam. Khususnya, soal ‘wajah’ Polrestabes Medan di mata masyarakat Medan.
“Sekarang, Polrestabes Medan terkesan tidak sangar lagi. Biar polisinya tegas, tapi mereka ramah dan melayani kita dengan baik, kok,” ujar Rian, warga yang lagi mengurus SKCK (surat keterangan catatan kepolisian) di Polrestabes Medan, Selasa (22/8/2017) kemarin.
Pokoknya, sambung Rian, Polres dulu sudah jauh beda dengan sekarang. “Beberapa tahun lalu, aku diajak ngawani kakakku ngurus SKCK di sini. Ampun kali! Sudahlah ribet, ketus-ketus pula itu petugasnya. Seramlah!” kenang pria yang mengaku mengurus SKCK untuk masuk satpam ini.
Kini, Polrestabes Medan pun telah meluncurkan program SKCk online. Nama aplikasinya Polrestabes Medan. Mekanismenya buka aplikasi Polrestabes Medan buka fitur Layanan, kemudian buka SKCK Online. Usai mengisi biodata di fitur Layanan aplikasi Polrestabes itu, akan diberikan nomor verifikasi.
Misalnya mau urus SKCK besok, malamnya sudah bisa diisi biodata datanya melalui online. Baru besoknya tinggal datang, tunjukkan kode verifikasi, disidik jari baru diterbitkan SKCK. Paling lama 20 menit lah.
‘Penampilan Baru’
Sederet ‘penampilan baru’ Polrestabes Medan pun sempat terekam sejumlah awak media. Yang teranyar dan sempat viral di medsos (media sosial), aksi mulia Aipda Adi Tantri menggendong nenek tersesat, Boru Lubis usia 70 tahun menyebrangi jalan dan menaikkannya ke angkot di Jalan Gatot Subroto, Minggu (2/7/2017) lalu.
Peristiwa simpatik lainnya datang dari Polsekta Patumbak dibawah komando Kompol Afdhal Junaidi SiK yang memberikan perhatian serius atas musibah angin puting beliung yang dialami rumah janda tua bernama Nek Bama (80 tahun) di Desa Lantasan Lama Kecamatan Patumbak, 5 Juli lalu.
Tak hanya memberi bantuan pembangunan kembali rumahnya, Sang Kapolsek dan anak buahnya ternyata turut andil besar menyelamatkan nyawa anak si nenek yang mengalami cidera cukup serius pada saat angin puting beliung berlangsung. Si korban bernama Alamsyah.
“Terkejut kali aku dek, mana saat itu hujan deras dengan angin kencang. Kok malah polisi yang datang? Apa adik saya mau ditangkap, pikir saya waktu itu,” ujar anak nek Bama lainnya, Siti Sarah Lubis, 47 tahun, pada waktu itu.
Sarah kemudian mengapresiasi kedatangan Kapolsek Patumbak Kompol Afdhal Juanidi SiK, Aiptu Darmo Kiswanto, anggota Binmas Polsek Patumbak lainnya saat kejadian bencana itu sambil menunjukkan jempolnya ke atas, menandakan mantap, salut dan puas.
“Untunglah ada pak Polisi, rupanya si Alamsyah kepalanya masih mengeluarkan darah terus. Jadi kami ditemani pak polisi ke rumah sakit, biayanya pun ditanggung mereka,” ujarnya sambil tersenyum.
Lain lagi dengan Briptu Sujibto. Anggota Lantas Polsek Sunggal ini rela ‘lari jalur’ jadi penimbun jalan-jalan berlubang demi memberi keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat pengguna jalan yang melintas di Jalan Binjai, Simpang Paya Geli, Kecamatan Sunggal.
Dan masih banyak lagi aksi simpatik lainnya yang dilakukan anggota Polrestabes Medan dan Polsek se-jajarannya. Andai di provinsi lain, ‘penampakan’ seperti ini mungkin sudah lazim. Tapi, ‘Ini Medan Bung’. Jelas, ini tidak biasa.
Tapi, ada satu lagi ‘wajah baru’ anggota Polrestabes yang cukup menarik empati masyarakat Medan. Kejadiannya saban hari, dan hampir merata di persimpangan jalan. Yaitu, keberadaan polisi di persimpangan jalan yang seyogianya mengatur lalulintas yang selama ini menjadi momok ‘menakutkan’ di persimpangan jalan, di jam-jam sibuk.
“Biasanya main tangkap aja. Salah sikit, gak lengkap surat-surat main ancam tilang. Mukak diseram-seramkan, awak sodorkan pelicin senyum. Langsung dilepas. Tapi, aku tadi pagi kena stop di simpang Sukaramai, gak pakai helm. Tapi, polisi baik. Aku cuma dinasehati, disuruh janji jangan ngulangi lagi,” beber Kamil (45) warga Jalan Halat, Selasa kemarin.
Karna itu pula, kata Kamil, dia jadi malu lantaran dia dinasehati polisi pas bonceng anaknya, yang kebetulan mau diantarnya ke sekolah. “Habis dinasehati polisi, anakku pula yang marah-marah sama aku. Malu kali rasanya. Tapi, aku heran juga kok ada polisi yang baik gitu ya,” sambung Kamil sembari berjanji ‘tobat’ tak pakai helm lagi tersebut.
Seperti halnya anak sekolah bermarga Sianturi ini diberhentikan petugas polisi yang sedang mengatur arus lalu lintas diseputaran Jalan AR Hakim Simpang Jalan HM Joni.
Banyak alasan yang dilontarkan anak sekolah tersebut setelah diberhentikan petugas. “Kita sudah melihat anak ini berkendara tanpa menggunakan helm. Terus kita berhentikan dan kita nasehati,” kata Kanit Lantas Polsek Medan Area, AKP Rosmeri.
Ia mengaku memberhentikan anak sekolah tersebut bersama rekannya Aiptu Murdianto untuk memberikan arahan.
“Kita nasehati dan kita bilang walaupun dekat hanya satu meter, sayangi kepalamu dengan menggunakan helm. Sayang kalau kepalamu terluka. Ingat loo, kepala tidak ada gantinya,” katanya semberi menghapus kepala anak sekolah bermarga Sianturi itu.
Mendapat perlakukan ramah seperti itu, Sianturi pun langsung mencium tangan Kanit Lantas Polsek Medan Area, AKP Rosmeri sembari berlalu meninggalkan kedua personel yang sedang bertugas mengatur arus lalu lintas di pagi hari itu.
Sabar dan Ikhlas
Kapolrestabes Medan, Kombes Sandi Nugroho saat menerima kunjungan silaturahmi pengurus Jurnalis Independen Poldasu (JIP) dan Persatuan Wartawan (Pewarta) Polrestabes Medan di ruang kerjanya, Selasa petang (22/8/2017) kemarin mengungkapkan, setiap anggota Polri harus benar-benar melayani masyarakat.
“Pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat jangan hanya sebagai slogan dan tulisan saja. Harus benar-benar dilaksanakan dan dibuktikan. Agar bisa melaksanakannya, kita harus sabar dan ikhlas dalam menjalankan tugas,” kata mantan Kasat Reskrim Poltabes Medan tersebut.
Dikatakannya, agar dipercaya dan maksimal dalam memberikan pelayanan, personil Polri harus bisa menempatkan diri sejajar dengan masyarakat. Dengan begitu, masyarakat akan merasa aman dan nyaman dalam menjalankan kesehariannya.
“Yang terpenting lagi, kita harus bisa menjaga nama baik (institusi Polri). Sebab satu anggota yang melakukan kesalahan semua bisa rusak. Untuk itu, diminta agar anggota bisa saling mengingatkan,“ ujar mantan Kapolsek Medan Baru tersebut mengakhiri. (red)