Untuk itu, pihak kepolisian mengaku telah membentuk Tim gabungan yang terdiri dari Poldasu, Polrestabes, Polrestabes Medan dan pihak Kecamatan untuk mengungkap kasus ini. “Dalam kasus ini, kita telah membentuk tim dari Poldasu, Polrestabes, Polsek, TNI hingga pihak Kecamatan, untuk ikut bersama membantu. Kita mengharapkan kasus ini cepat terungkap,” kata, Kapolrestabes Medan, Kombes Pol. Sandi Nugroho, ketika dikonfirmasi usah shalat Dzhur di Polrestabes Medan, Kamis (6/4/2017) sekira pukul 14.00 wib.
Namun demikian, Mantan Kasat Reskrim Poltabes Medan ini menyebut, jika pihaknya masih mengumpulkan hasil pemeriksaan ke delapan saksi serta menunggu hasil Labfor guna mengetahui pasti apakah benar peristiwa itu sengaja dibakar atau memang terbakar hingga menyebabkan 4 orang penghuni rumah tewas terpanggang.
“Untuk mengetahui modus operandi di balik peristiwa ini, hasil Labfor yang menentukan. Apakah ini pembakaran atau kebakaran. Kalau kebakaran berarti musibah, tapi kalau dibakar, pasti ada pidananya,” ujar Sandi, yang dinilai tak mau terbuka soal indikasi kuat korban sengaja dibunuh sebelum rumahnya dibakar.
Pasalnya, saat wartawan kembali menanyakan adanya kejanggalan soal tewasnya korban dan adanya bukti kekerasan di tubuh korban, sandi bungkam. Terlebih, ketika ditanyai mengenai keterlibatan Jayamita beru Ginting, pemilik tanah pertama dan rumah yang sempat bersengketa, namun telah ditempati para korban karena menang dalam perkara di pengadilan beberapa waktu lalu.
“Belum mengarah ke situ kita. Makanya, kita tunggu dulu hasil Labfor, biartau pasti apakah itu dibakar atau terbakar,” sebutnya. Ditanya kapan hasil Labfor bisa diketahui, Kapolrestabes belum bisa memastikan. Dia berjanji jika hasil Labfor sudah diketahui pihaknya akan segera mengungkap ke publik.
“Jika nantinya hasil Labfor menunjukkan ada indikasi pembakaran akan kita dalami lagi. Apakah pembakaran ini berencana atau tidak,” ucapnya. Sebelumnya, sekeluarga tewas terjebak dalam kebakaran yang menghanguskan dua rumah permanen di Jalan Milala, Lingkungan I, Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Medan Tuntungan, Rabu (5/4) sekira pukul 05.00 wib.
Korban yang tewas yakni Marita Sinuhaji (58), Franki (31), Selvy (5) dan Kristin (3). Selvy dan Kristin merupakan anak dari Franki. Hingga sejauh ini petugas Labfor masih melakukan penyelidikan atas peristiwa kebakaran yang menewaskan ibu, anak dan cucu tersebut.
Dari delapan saksi yang diperiksa,salah satunya adalah adalah Gandi Ginting (60). Gandi Ginting merupakan suami dari Martita Sinuhaji (58) Ayah dari Prengki (31) atau cucu dari Selvy (5) dan Kristin (3) ke empat penghuni rumah yang meninggal.
Ditemui di Mapolrestabes Medan, dia datang ditemani para menantu lelakinya. Saat ditanyai, mantan pensiunan PLN ini juga mentakan hal yang sama dengan keterangannya tetangga dan keluarganya yang diperiksa bahwa, diduga keluarganya itu sengaja dibunuh dan rumahnya dibakar oleh orang suruhan dari Jayamita beru Ginting.
Sebab, tanah yang dimenangkan korban dan saat ini masih diberi garis polisi karena insident kebakaran yang menewaskan keluarganya itu, memiliki konflik pada saat jual beli dengan, Jayamita beru Ginting yang dihargakan Rp 260 juta. Sesuai kesepakatan antara Jayamita Ginting dan korban tanah itu akhirnya dibeli. Untuk tahap awal korban membayar Rp 138 juta pada Jayamita.
Akhirnya tanah itu dibeli dan korban membayar Rp138 juta yang sisanya akan dilunaskan apabila sertifikat tanah sudah diberikan. Namun, pelaku tak kunjung memberikan sertifikat tanah tersebut hingga korban enggan melunasinya. Permasalahan itupun sampailah ke pengadilan Negeri Medan. Sampai di pengadilan pihak Jayamita kalah dan korban menang.
“Di pengadilan dia (Jayamita Ginting) kalah dan kami menang. Sebelumnya keluarga kami sudah 3 kali dicelakai orang. Kami menduga orang itu adalah suruhan dari Jayamita Ginting. Modusnya sama mau dibakar. Pasalnya kami pernah mendapati bensin dalam bungkus plastik di dekat rumah korban,” beber adik korban Martita Sinuhaji bernama, Hidup Sinuhaji.
Sementara, Gandi Ginting, mengaku selamat dari maut, lantaran pada saat kejadian dirinya tidak berada dirumah karena sedang bekerja di Kawasan Binjai. “Saya masih selamat, karena bekerja membenari listrik dibKawasan Binjai,” tururnya, sambil meminta kepada wartawan untuk memperlihatkan foto keluarganya yang tewas terpanggang dengan suarah serak.
Walau jalan sampai dipapah oleh keluarganya, terlihat kesedihan mendalam terpancar diwajahnya. Ia terus menyakinkan kalau keluarganya dibunuh. “Mayat keluarga saya mau dibawa untuk diupacarakan di Jambur Gotongroyong di kawasan Pancur Batu. Kam tadi kesana ya?,” ucapnya, dengan nada lirih dan seakan menahan air mata. (Red)