Medan (pewarta.co) – Di tengah program vaksinasi yang terus dipersiapkan oleh pemerintah, masyarakat harus meneruskan upaya untuk menurunkan kurva penularan. Sebab, kita sedang berlomba antara kecepatan terjadinya penularan di tengah masyarakat dengan program vaksinasi untuk memunculkan antibodi.
“Kita sedang berlomba dengan waktu dan tak bisa abai sedikitpun dengan protokol kesehatan. Inilah tantangan dan tanggungjawab kami dan juga insan pers menyampaikannya kepada masyarakat sebagai agen perubahan perilaku,” ungkap Hery Trianto, Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Covid-19 dalam diskusi webinar Vaksinasi Covid-19: Perubahan Perilaku Diseminasi Informasi, Jumat (08/01/2021).
Menurutnya, upaya mendisiplinkan masyarakat tetap diperlukan untuk menurunkan kurva penularan.
“Akan sangat berbahaya apabila penyebaran Covid-19 berlangsung cepat seperti sekarang. Jangan sampai masyarakat terlanjur terinfeksi sebelum vaksinasi karena akan membuat program ini menjadi mubazir,” tukasnya.
Dituturkannya, ketika penularan berlangsung dengan cepat, yang paling dikhawatirkan adalah kepanikan. Seperti di awal penetapan darurat kesehatan pada Maret 2020, bukan hanya masyarakat panik untuk mendapatkan perawatan dan mencari fasilitas kesehatan, tetapi tim dokter pun kewalahan untuk menangani pasien.
Untuk itu sejak November 2020, pemerintah telah melakukan penelusuran (tracing) 1,5 kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Dengan demikian, diharapkan jumlah testing pun akan semakin bertambah.
“Jika awalnya 20 orang yang ditelusur, saat ini sekitar 30 orang sehingga testingnya pun bertambah,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa kampanye perubahan perilaku merupakan sebuah keniscayaan. Kampanye yang sudah berlangsung selama tiga bulan harus dilanjutkan pada tahun ini sehingga diharapkan masyarakat bisa bersama-sama berjuang menurunkan kurva penularan Covid-19.
“Jadi strateginya paralel antara kampanye perubahan perilaku, kampanye 3T, dan program vaksinasi. Ini akan saling menopang dan mendukung keberhasilan yang lain,” tuturnya.
Diakuinya, setelah 10 bulan pandemi berlangsung, Satgas Covid-19 menghadapi situasi yang tidak mudah. Penularan Covid-19 bisa ditekan salahsatunya melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan di saat ini masyarakat harus persiapkan diri untuk divaksinasi.
Hery menegaskan bahwa vaksin bukanlah obat yang mematikan Covid-19. Mereka yang sudah divaksin, kata dia, bukan berarti akan kebal dari virus.
Dijelaskannya, vaksin hanya merangsang tumbuhnya antibodi di dalam tubuh sehingga fatalitas bagi mereka yang terinfeksi bisa dikurangi.
“Mereka yang sudah menjalani vaksinasi bukan berarti juga tidak bisa menulari orang lain. Ia tetap berpotensi untuk menulari apabila terinfeksi oleh Covid-19,” ujarnya.
Menurutnya, vaksin hanya salah satu solusi untuk menanggulangi Covid-19. Masyarakat dihimbau untuk tetap menjalankan 3M.
“Oleh karena itu, program vaksinasi yang akan kita jalankan tidak boleh menanggalkan kewajiban menerapkan protokol kesehatan yakni menggunakan masker, jaga jarak dan hindari kerumunan, serta cuci tangan dengan menggunakan sabun di air yang mengalir,” pungkasnya. (gusti/red)