Medan (Pewarta.co)-Guna memenuhi kebutuhan kacang kedelai di Provinsi Sumtra Utara (Sumut), dibutuhkan sebesar 58 ribu ton per tahun.
“Saat ini, pasokan kedelai di Sumut cukup. Sedangkan stok dijadwalkan akan tiba pada tanggal 14 Januari 2021. Stok barang sedang jalan menuju Indonesia,” ungkap Kepala Kantor Wilayah I Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) Ramli Simanjuntak saat memantau harga kacang kedelai di kawasan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Selasa (6/1/2021).
Ramli menyebutkan negara China juga membeli dengan jumlah besar kacang kedelai. Menurutnya, hal ini memicu stok komoditas pangan di tanah air, termasuk di Sumut terbatas dan memicu harga mengalami kenaikan dipasaran.
“Diketahui pada Desember lalu, China borong kedelai. Maka kita imbau pada pihak importir, distributor, agen hingga pedagang. Jangan melakukan persengkongkolan harga yang berdampak dengan harga kacang kedelai melambung tinggi. Memang sampai saat ini belum ada kita temukan. Tapi akan kita telisik se Indonesia di masing-masing wilayah oleh KPPU,” tukasnya.
Dia mengatakan KPPU berharap, pihak importir, distributor, agen hingga pedagang tidak melakukan kesepakatan-kesepakatan harga (persengkongkolan) dan pasokan atau menahan pasokan.
Untuk memenuhi pasokan kacang kedelai dan menjaga harga tetap stabil, KPPU menyarankan kepada pemerintah Provinsi Sumut dan pemerintah Kabupaten/Kota untuk memproduksi pertanian kacang kedelai.
”Kita menyarankan kepada pemerintah untuk memproduksi pertanian kedelai untuk mencukupi pasokan di Sumut,” katanya.
Ramli menyebutkan, pihaknya melakukan pantauan harga kacang kedelai menyusul melonjaknya harga kedelai hingga Rp10 ribu di Kota Medan.
Setelah melakukan pengecekan pada salah satu gudang importing kacang kedelai di Mabar tersebut, Ramli menyebut, untuk harga dari gudang importir kedelai dijual Rp.8.550 per kilogram.
Menurutnya, permasalahan kedelai ini sudah terjadi di awal Desember 2020, karena info harga shipping (pengirim barang) pengangkutan naik 100-120 dollar/ metrik ton.
“Jadwal kapal yang terus berubah-ubah maka berimbas pada harga,” ujarnya.
Seperti diketahui untuk membuat tempe dan tahu sangat diperlukan bahan baku kacang kedelai impor dan biasanya didatangkan dari negara produsen yakni Amerika Serikat dan Argentina.
“Nah berdasarkan pengakuan perusahaan pengimpor harga dari dua negara produsen ini juga naik. Disebabkan gagal panen Amerika Serikat dan Argentina,” ungkapnya. (gusti)