Medan (pewarta.co) – PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Tbk per 7 Juli resmi ditetapkan jadi Bank Buku 3.
Direktur Kepatuhan merangkap Sekretaris Perusahaan, BTPN Syariah, Arief Ismail mengungkapkan, hal itu merupakan pencapaian bagi bank secara keseluruhan, mengingat ini adalah buah dari perjalanan selama 6 tahun menjadi Bank Umum Syariah.
“Dengan ditetapkan sebagai bank Buku 3 mengaku menjadi optimis dapat mengembangkan jaringan dan produk serta layanannya,” kata Arief dalam paparan publik expose secara virtual di Jakarta yang digelar pada 24-28 Agustus 2020.
Dia meyakini, sebagai bank Buku 3 kepercayaan publik kepada BTPN Syariah terus meningkat, karena modal bank semakin kuat atau memiliki modal inti minimal Rp5 triliun hingga Rp30 triliun.
“Kami merasa banyak dukungan sehingga terus optimis untuk memberikan dampak positif dan turut membangun optimisme kepada seluruh pemangku kepentingan,” kata Arief.
Disebutkannya pada semester satu – 2020, perseroan tercatat telah mengumpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp9,46 triliun dan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp8,74 triliun.
Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) tercatat sebesar 1,8 persen dan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3 persen.
Sementara itu, rasio intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) mencapai 92 persen, Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190 persen dan 244 persen.
Sedangkan total aset tumbuh 10 persen menjadi Rp15,27 triliun dan mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) Rp407 miliar.
Arief mengakui, sebagai bank yang fokus di ultra mikro tak dapat dihindari BTPN Syariah tentunya terdampak karena pandemi, yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja bank.
“Namun, perseroan tetap optimis dan adaptif dengan berbagai upaya untuk memberi nilai positif,” ujarnya.
Ia menuturkan sebagai bank yang fokus melayani nasabah prasejahtera produktif langsung ke tempat komunitas berada. Dukungan bank di masa pandemi menjadi sangat penting mengingat mereka paling merasakan dampaknya dan membangun komunikasi yang intensif untuk memahami kebutuhan mereka menjadi aktifitas utama yang cukup menantang.
“Kami mempelajari di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh kepercayaan diri yang tinggi dan tentunya pembiayaan baru,” kata Arief.
Karena itu, BTPN Syariah selain melakukan program pelonggaran, tentunya harus teliti untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Sehingga komunikasi yang intensif menjadi jalan terbaik untuk memahami mereka.
Menurutnya cara ini cukup efektif, meski dengan tetap menjalankan protokoler kesehatan yang ketat.
Arief menegaskan, bank pun tetap berkomitmen untuk memberi dampak bagi seluruh pemegang saham dengan menguatkan segala upaya untuk tetap menjadi bank yang sehat dengan rasio-rasio likuiditas yang terjaga. (gusti/red)