Parapat (Pewarta.co)-Ketua PWI Sumut H Hermansjah, SE menyatakan di era industri 4.0 ini, jurnalis dituntut tidak hanya kompeten, tetapi juga harus adaptif (mampu beradaptasi) terhadap perubahan cepat yang terjadi.
“Apalagi Era distrupsi, transportasi menjadi penting dan meminta perusahaan harus lebih adaptif terhadap perubahan yang sedemikian cepat guna menjawab fenomena masa depan adalah hari ini,” kata Hermansjah dalam kegiatan “Kemah Kerja Jurnalistik (KKJ) bagi jurnalis kampus” digelar Kantor Humas, Protokoler dan Promosi Universitas Sumatera Utara (USU) di Hotel Niagara Parapat, Sabtu (16/11/2019).
Dia melihat, di era ini, daya adiktiflah yang menjadi kunci keberhasilan.
Selain itu, peningkatan SDM wartawan sebagai kunci menghadapi perubahan cepat era revolusi industri 4.0.
“Selain menyiapkan kemajuan teknologi juga mutlak pengembangan SDM,” ujarnya.
Hermansjah menuturkan saat ini telah terjadi senjakala media massa khususnya cetak di mana sejumlah media mengalami penurunan oplah atau tiras penjualan ke publik.
Hal ini akibat maraknya media sosial (medsos), media sosial dan lainnya sehingga menggerus keberadaan media cetak.
“Kondisi ini merata mulai dari daerah hingga nasional bahkan di internasional seperti di negara Korea Selatan,” sebutnya.
Menurutnya hal ini merupakan tantangan berat bagi media cetak untuk terus bertahan dan tetap terbit menyapa pelanggannya.
Karenanya, kata dia, agar media cetak bisa bertahan, di sejumlah negara maju termasuk Korea mereka mulai bermetamorfosis menciptakan kemampuan inovasi teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan seluruh proses bisnis korporasi.
Kondisi ini juga melahirkan fenomena industri baru dengan meleburnya batas antara berbagai jenis media massa seperti koran, majalah, radio, televisi dan film yang saat ini semuanya bisa hadir bersama dalam satu ruang yang difasilitasi internet melalui kemudahan akses digital.
“Kesemuanya disebut konvergensi media. Jika ini dilakukan, hal ini akan mengurangi tekanan derasnya digitalisasi di media 4.0,” ujarnya.
Dia menambahkan, hal itu mendorong proses ketika teknologi mobile dan digital dengan mendorong industri media menuju arah baru untuk melakukan integrasi, sinkronisasi dan konglomerasi.
“Kondisi ini menyebabkan ancaman pengangguran akibat otomisasi, kerusakan alam akibat eksploitasi industri dan maraknya hoax akibat mudahnya penyebaran,” pungkasnya. (gusti)