Hinai (pewarta.co) – Harga bahan bakar minyak dunia yang tinggi menjadi beban APBN dari tahun ke tahun. Kondisi juga berimbas pada program peningkatan pembangunan infrastruktur pemerintah saat ini. Akibatnya bahan bakar bersubsidi seperti solar yang menjadi sumber energi utama traktor pembajak sawah para petani harus diatur untuk memastikan keadilan dalam hal pendistribusian.
“Proses pembelian bahan bakar solar bersubsidi bagi petani penggarap sawah sering kali tidak mudah. Sejauh ini converter kit yang dipasang dan memanfaatkan tabung gas rumah tangga telah terbukti bisa menghemat biaya para petani bahkan dengan gas non subsidi sekali pun,” tutur Staf Ahli Ristekdikti Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Dr
Agus Pudji Prasetyono pada kegiatan uji terap hand tractor (traktor tangan) berkonventer kit gas di Desa Paya Rengas, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.
Hadir disitu Direktur Pengembangan Teknologi Industri Dr Hotmatua Daulay M.Eng, Direktur Pengembangan Teknik Industri Desmelita, Staf Khusus Ristekdikti Ahmad Jabidi Ritonga, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Langkat Nasiruddin SP, Camat Hinai Nawi, kepala desa, Kelompok Tani Sukodadi dan Paya Makmur, serta warga di desa itu.
Agus Pudji menyebutkan, dengan adanya alat itu memberi kemudahan bahan bakar dan harga yang ekonomis untuk hand tractor pembajak sawah, hasil dari Program Pengembangan Teknologi Industri (PPTI) Kemenristekdikti.
Agus meminta kepada para petani agar dapat memanfaatkan dan memelihara dengan baik dua hand tractor uji terap berbahan bakar gas itu.
Dia mengakui, dalam uji coba pasti ada kekurangan. “Mohon dicatat dan dilaporkan kalau ada kekuranganna untuk diperbaiki,” ujarnya.
Agus mengaku optimis dengan adanya hand traktor berbahan bakar gas itu, masyarakat tani di Langkat bisa lebih sejahtera dan bisa meningkat perekonomiannya.
Sebelumnya Direktur Pengembangan Teknologi Industri Dr Hotmatua Daulay M.Eng memuji lahan pertanian Desa Paya Rengas yang bagaikan hamparan permadani hijau.
“Ini lebih mewah dari tempat lain,” ucapnya.
Menurut Hotmatua, hand tractor berbahan gas bisa dimanfaatkan untuk mempermudah pengerjaan sawah dan mengembangkan potensi desa, khususnya di bidang pertanian.
Dia mengungkapkan, uji coba hand tractor yang dilakukan ini merupakan yang pertama di dunia.
Penggunaan alat itu, jelasnya, digunakan seperti biasa dan dipakai untuk di sawah. Namun, biasanya memakai bahan bakar solar yang asapnya bisa membahayakan dan merusak paru-paru petani. Dengan teknonologi anak bangsa, kata Hotmatua, sekarang ini hand tractor menggunakan bahan bakar gas, dan ditambahkan alat (konverter kit) sehingga hitungan penggunaannya lebih ekonomis.
“Kalau pakai gas tabung melon yang harganya sekira Rp20 ribu sudah bisa menggarap sawah dengan luas yang sama dengan menggunakan traktor tangan dengan solar memakan biaya Rp80 hingga Rp90 ribu. Jadi ini sangat murah,” sebutnya.
Dikatakannya, teknologi ini pertama kali diujicoba, dan memilih Kabupaten Langkat dengan mempertimbangkan suatu alasan.
“Kita pilih Langkat, karena sepakat ingin mewujudkan Marsipature Hutanabe. Saya berasal dari Sumut, tepatnya Tapsel, sedangkan penemu teknologinya adalah Hakim Pane, asli Batak. Selain itu ada dorongan dari Jabidi Ritonga yang kelahiran Langkat. Siapa lagi yang memperbaiki kampung kita kalau bukan kita. Kami pun sepakat teknologi ini diuji coba di Langkat,” tuturnya.
Disebutkannya, ada 2 hand tractor yang akan diuji coba terkait kehematan dan kecepatannya. Pada uji coba di tempat pembuatannya, kata Hotmatua, tidak ada gas buangnya dan terbukti hemat.
“Tak ada gas buang sama sekali sehingga ramah lingkungan. Mesin pun awet karena tidak ada kerak yang ditinggalkan di mesin,” jelasnya.
Sedangkan mesin hand tractor yang lama masih bisa digunakan karena mesinnya hanya ditambahkan alat untuk pengganti solar menjadi gas.
Bupati Langkat diwakili Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Nasiruddin SP mengungkapkan selama ini petani menggunakan hand traktor dengan diesel. Menurutnya dengan
adanya teknologi baru ini, yakni hand traktor dengan bahan bakar gas dapat menghemat biaya petani.
“Dengan gas 3 kg bisa olah tanah sekian hektar,” ujarnya.
Dia berharap teknologi mesin hand traktor dari diesel ke gas, bisa segera diterapkan di seluruh wilayah di Langkat agar petani bisa sejahtera.
Camat Hinai, Nawi dalam sambutannya menyatakan ungkapan terima kasih kepada Kemenristekdikti yang telah mendukung pertanian di desa itu bisa berkembang. Menurutnya teknologi instrumentasi konverter kit generasi 2 Kemenristekdikti itu, sangat membantu petani dalam hal penghematan biaya dan meningkatkan hasil pertanian. (gusti/red)