Simalungun (Pewarta.co)-Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi menegaskan bahwa pengkhianatan bangsa tidak boleh lahir kembali, seperti 30 September 1965.
Penegasan tersebut disampaikan Gubsu saat bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) pada Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Bandar Betsy, Kabupaten Simalungun, Sumut, Senin, (1/10/2018).
Untuk itu diimbau kepada seluruh rakyat agar menjaga martabat kebangsaan.
Upacara yang juga memperingati kepahlawanan seorang Pelda (Letda) Sujono saat tragedi Bandar Betsy itu, diikuti ribuan personil TNI/Polri, Ormas Pemuda, ASN, Siswa sekolah, serta ditonton ribuan warga yang memadati lokasi Tugu Kesaktian Pancasila di tengah perkebunan karet.
Hadir di antaranya, Ketua DPRD Sumut H Wagirin Arman, Pangdam I/BB Mayjen TNI M Sabrar Fadhilah, Danlanud Soewondo Kolonel Pnb Dirk Poltje Lengkey, Bupati Simalungun JR Saragih, Sekdaprov Sumut Sabrina bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Sumut serta unsur Forkopimda dan Pemkab Simalungun.
Selain upacara dan peletakan karangan bunga di Tugu Kesaktian Pancasila tersebut, Gubernur pun disuguhi tarian multi etnis Sumut yang dibawakan oleh delapan orang mewakili baju adat suku lokal masing-masing.
Kisah Letda Sujono dan Tragedi Bandar Betsy
Selanjutnya dirangkaikan dengan penampilan fragmen tragedi Bandar Betsy yang menggugurkan pahlawan Nasional Letda Sujono pada Mei 1965 oleh kelompok masyarakat dari partai terlarang.
Gubernur pun mengaku terkesima dengan penampilan para punggawa fragmen tragedi Bandar Betsy tersebut.
Sebab, kisah Letda Sujono dibawakan sedemikian rupa penuh penjiwaan sehingga menceritakan sejarah Pahlawan Nasional yang gugur mempertahankan kedaulatan NKRI saat itu.
Karena itu pula sebagai balas jasa, keluarga Almarhum diberikan tali asih kepada Zulkifli.
“Saya terkesima menonton fragmen tadi, sangat menyentuh hati kita. Saya baru pertama menyaksikan ini. Kejadian ini menjadikan yang sangat buruk untuk kehidupan dan adat istiadat masyarakat Indonesia. PKI memaksakan kehendak, mengadu domba, memfitnah, sebagaimana terjadi di masa lalu,” ujar Gubernur.
Atas sejarah kelam itu, Gubernur pun mengingatkan masyarakat agar kejadian serupa, tidak boleh lagi lahir di Indonesia pada masa mendatang. Untuk itu seluruh rakyat harus menjaga bangsanya, tetap bermartabat, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Mari kita doakan bangsa kita ke depan lebih sejahtera, sehingga tidak ada yang bisa mengganggu,” sebut Gubernur di bawah guyuran hujan gerimis.
Usai menyampaikan pidatonya, Gubernur pun menjadi sasaran masyarakat yang sudah memadati lapangan upacara untuk bersalaman dan berswafoto. (Chl)